-
Berhasil Tembus Perempatfinal Piala Presiden 2022, Pelatih PSS Sleman Ingatkan Hal Ini kepada Pemainnya
49 menit lalu -
Media Vietnam Terkejut Bali United Kalah 2-5 dari Visakha FC di AFC Cup 2022
41 menit lalu -
Mendekati Idul Adha, Hewan Sembuh Terpapar PMK di Sumbar Bertambah
54 menit lalu -
Piala AFF U-19 2022: Persaingan Sengit Timnas Indonesia U-19, Thailand, Malaysia dan Vietnam, Siapa Juaranya?
28 menit lalu -
KoDe Inisiatif: Pemilu 2024 Singkat, Sengketa Tak Boleh Lama-lama
46 menit lalu -
Pemenuhan ASN Tiga Daerah Pemekaran Papua Berasal dari Provinsi Induk
35 menit lalu -
Pemkot Bandung Siap Kooperatif Dalam Kasus Meninggalnya Dua Bobotoh di Stadion GBLA
34 menit lalu -
PSG Cuci Gudang, Bakal Lepas 11 Pemain Termasuk Neymar Jr
58 menit lalu -
Menpora Soal Israel Lolos Piala Dunia U-20: Tak Perlu Marah-Marah
55 menit lalu -
Utang Garuda Indonesia Berkurang 81%, Segini yang Harus Dibayar ke Kreditur
28 menit lalu -
Dapat PMN Rp7,5 Triliun, Garuda Indonesia Pakai Perbaikan Pesawat
58 menit lalu -
Merugi Miliaran, Patricia Gouw Ikut Aksi Damai bersama Korban Investasi Bodong
56 menit lalu
Wall Street Anjlok, Investor Khawatirkan Ekonomi AS

JAKARTA - Wall Street ditutup melemah tajam pada perdagangan Rabu (18/5/2022) waktu setempat, dengan Target kehilangan sekitar seperempat dari nilai pasar sahamnya. Investor juga masih menyoroti kekhawatiran tentang ekonomi AS setelah pengecer menjadi korban terbaru dari lonjakan harga.
Mengutip Reuters, S&P 500 turun 4,04% untuk mengakhiri sesi di 3.923,68 poin. Sedangkan Nasdaq turun 4,73% menjadi 11.418,15 poin, sementara Dow Jones Industrial Average turun 3,57% menjadi 31.490,07 poin.
Penurunan ini adalah kerugian satu hari terburuk untuk S&P 500 dan Dow Jones Industrial Average sejak Juni 2020.
Laba kuartal pertama Target Corp turun setengah dan perusahaan memperingatkan margin yang lebih besar terkena kenaikan biaya bahan bakar dan pengiriman. Sahamnya turun sekitar 25%, kehilangan sekitar USD25 miliar dalam kapitalisasi pasar, dalam sesi terburuk sejak kecelakaan Black Monday pada 19 Oktober 1987.
Hasil peritel lainnya datang sehari setelah saingannya Walmart Inc memangkas perkiraan labanya. Indeks ETF Ritel SPDR S&P turun 8,3%.
"Kami pikir dampak yang berkembang pada pengeluaran ritel karena inflasi melebihi upah bahkan lebih lama dari yang diperkirakan orang merupakan faktor utama dalam menyebabkan aksi jual pasar hari ini," kata Paul Christopher, kepala strategi pasar global di Wells Fargo Investment Institute.
Menurutnya, peritel mulai mengungkapkan dampak mengikis daya beli konsumen.