-
Ganjar : Semua Orang Punya Hak Berdemokrasi
45 menit lalu -
Siskaeee Akui Dibayar Rp10 Juta untuk Satu Film Porno
38 menit lalu -
Siskaeee Dibayar Rp10 Juta Bintangi Film Kramat Tunggak
37 menit lalu -
Papera Jogjakarta Deklarasi Dukung Prabowo
45 menit lalu -
Bahas Perubahan Iklim, Menko Luhut: Tak Usah Ajarin Kami!
47 menit lalu -
Gibran Didorong Maju sebagai Cawapres
46 menit lalu -
Inilah Keputusan Pemerintah soal Tiktok Shop, Tidak Boleh Medsos Merangkap Perniagaan
49 menit lalu -
Sahroni NasDem Yakin Anies Bakal Wujudkan Satu Indonesia, Satu Perekonomian
40 menit lalu -
Usut Kasus TPPU Panji Gumilang, Bareskrim Sudah Periksa 46 Saksi
31 menit lalu -
TPA Sukawinatan Palembang Kembali Terbakar, Lihat
50 menit lalu -
Profil dan Biodata Messina Denaro, Bos Mafia Sisilia Asal Italia yang Meninggal Dunia
32 menit lalu -
Deretan Pejabat BUMN Jadi Tersangka Korupsi, Erick Thohir Bakal Terus Bersih-Bersih
28 menit lalu
Ukraina Tuduh Rusia Tembaki Evakuasi 2.000 Penduduk Kherson Akibat Bendungan Jebol, 1 Orang Tewas
UKRAINA - Ukraina menuduh Rusia menyerang titik-titik evakuasi bagi mereka yang terkena dampak jebolnya bendungan Kakhovka, setelah seseorang tewas akibat penembakan di Kherson.
Kantor kejaksaan Kherson mengatakan dua orang lainnya juga terluka. Kementerian dalam negeri mengatakan delapan lainnya terluka akibat penembakan di Korabelna Square.
Gubernur Kherson Oleksandr Prokudin mengatakan 2.000 orang telah dievakuasi dari daerah tersebut.
Berbicara dalam pernyataan video yang diunggah ke Telegram, Prokudin mengatakan evakuasi dari zona banjir terus berlanjut meskipun ada bahaya yang sangat besar dan penembakan terus-menerus oleh Rusia.
Namun dia mengatakan bahwa 68% wilayah banjir di wilayah Kherson berada di wilayah yang dikuasai Rusia di tepi timur Sungai Dnipro.
Serangan itu terjadi saat Presiden Volodymyr Zelensky mengunjungi kota tersebut, di mana dia bertemu dengan penduduk setempat yang terkena dampak banjir.
Berbicara di Kherson, di mana dia bertemu dengan petugas penyelamat, Zelensky mengulangi kritiknya terhadap komunitas internasional, termasuk PBB dan Palang Merah, atas tanggapan lambat mereka terhadap keruntuhan bendungan.