-
PSIS Semarang vs Bhayangkara FC di Perempatfinal Piala Presiden 2022, Laskar Mahesa Jenar Ogah Menang Lewat Adu Penalti
48 menit lalu -
Timnas Indonesia U-19 Hampir Kalah dari Vietnam di Piala AFF U-19 2022, Shin Tae-yong: Ini Skenario Terburuk!
41 menit lalu -
Jhonlin Badminton Club VI 2022 Sukses Digelar, 193 Atlet Unjuk Kebolehan
31 menit lalu -
Wah! Perbedaan Penetapan Idul Adha Muhammadiyah-Pemerintah Bisa Sampai 2046
22 menit lalu -
Berikut Lokasi SIM Keliling di Bali Minggu Hari Ini: Catat Jadwalnya Semeton
54 menit lalu -
Bali United Tersingkir dari Piala AFC, Ini Pelampiasan Coach Teco
36 menit lalu -
Dewi Aryani Suzana: JR Show Safety Riding untuk Cegah Kecelakaan Lalu Lintas
28 menit lalu -
Krisis Sri Lanka, Sopir Taksi Sampai Nginap 2 Hari di SPBU
48 menit lalu -
Celine Evangelista Buru Ronaldinho, Mau Menawarkan Janda
39 menit lalu -
KSAL Yudo Siapkan Langkah Antisipasi Kerawanan Adanya Rudal dari Laut ke Lokasi IKN
59 menit lalu -
Cristiano Ronaldo Minta Man United untuk Melepasnya Musim Panas Ini
10 menit lalu -
Kapal Derek Tenggelam Dihempas Badai, 27 Orang Hilang
19 menit lalu
Teten: Konglomerasi di Bisnis E-Commerce Jangan Sampai Rugikan UMKM

JAKARTA - Bisnis e-commerce harus diproteksi dari praktik-praktik yang dapat merugikan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM).
"Konglomerasi hingga penguasaan usaha besar atas sektor bisnis e-commerce di Indonesia harus dicegah dan diminimalisasi untuk memberikan kesempatan kepada pelaku UMKM tumbuh dalam bisnis berbasis digital tersebut," ungkap Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, Sabtu (14/5/2022).
Saat ini, penguasaan usaha besar di dalam bisnis e-commerce masih terbuka lebar. Jika hal itu terjadi, lanjutnya, maka UMKM yang ada dalam bisnis digital pasti akan kalah bersaing.
"Usaha besar cukup hanya menyediakan aplikasi kemudian menjual produknya sendiri. Akan terjadi konflik sosial apabila semua sektor ekonomi dikuasai pemodal besar," kata Teten.
Selama dua tahun terakhir, bisnis online dikatakan telah mengalami lompatan besar disebabkan tradisi dan cara berbelanja masyarakat mulai berubah dari konvensional ke belanja online baik di perkotaan dan perdesaan.
Hal ini kemudian mendorong peningkatan tajam pelaku usaha yang masuk ke bisnis digital dengan total 18,5 juta UMKM atau bertambah 131 persen semenjak sebelum pandemi COVID-19.
"Angka itu ditargetkan bisa menembus hingga 30 juta UMKM onboarding digital pada 2024," ucapnya.