-
Suporter Tuduh Erick Thohir Tidak Jujur soal Alasan FIFA Coret Indonesia
25 menit lalu -
Timnas Argentina Diklaim Terima Pinangan Tim Asia Tenggara untuk FIFA Matchday Juni 2023, Hadapi Timnas Indonesia?
49 menit lalu -
TCL Luncurkan Telvisi Seri Terbaru dengan Teknologi Canggih, Cocok untuk Gamers
47 menit lalu -
PSMTI Bagikan 500 Takjil Buka Puasa di Jakbar, Menu Tradisional Jadi Pilihan
45 menit lalu -
Kebakaran Rumah di Cengkareng, 12 Mobil Damkar Dikerahkan
49 menit lalu -
Respons Once Mekel Terkait Larangan Nyanyi Lagu Dewa 19, Singgung 3 Vokalis Lain
48 menit lalu -
Arsenal vs Leeds: Beringas, The Gunners Jauhi Man City!
58 menit lalu -
Dukung UMKM, Komunitas Lebak Ekonomi Kreatif Gelar Wisata Kuliner
54 menit lalu -
Jurgen Klopp Sulit Menerima Kenyataan Liverpool Dibantai Manchester City 1-4
32 menit lalu -
Marselino Ferdinan Debut sebagai Starter, KMSK Deinze Menang Telak 5-0
18 menit lalu -
Dua ASN Pemprov Kepri Ditangkap Polisi, Salah Satunya Ternyata Anak Mantan Gubernur
14 menit lalu -
Hasil Kualifikasi MotoGP Argentina: Alex Marquez Mengejutkan
18 menit lalu
Subsidi BBM hingga Listrik Tembus Rp157,6 Triliun pada 2022

JAKARTA - Realisasi subsidi energi pada 2022 mencapai Rp157,6 triliun, atau lebih rendah dibandingkan target yang ditetapkan sebesar Rp211,1 triliun.
Hal ini disampaikan Menteri ESDM Arifin Tasrif. Menurutnya realisasi subsidi energi pada 2022 itu terdiri dari subsidi BBM dan LPG sebesar Rp97,8 triliun dan subsidi listrik sebesar Rp59,8 triliun.
"Subsidi energi 2022 itu kita lihat realisasinya memang lebih rendah daripada targetnya terutama ada penurunan kita liat di BBM dan LPG tidak separah seperti yang kita perkirakan sebelumnya di 2022. Ada asumsi crude kita yang harusnya tinggi ternyata menjelang kuartal ketiga terjadi penurunan harga komoditi migasnya," ujarnya di Jakarta, Senin (30/1/2023).
Kemudian pemerintah menargetkan alokasi subsidi energi mencapai Rp209,9 triliun yang terdiri dari subsidi BBM dan LPG Rp139,4 triliun dan subsidi listrik Rp70,5 triliun pada 2023.
"Nah di tahun 2023 kita perkirakan kemungkinan jumlah alokasi subsidi energi juga cukup besar, karena kita tahu bahwa wabah masih ada dan kontemplasi konflik yang masih belum habis, Ini tentu saja akan menyebabkan penurunan sektor supply karena terhambatnya supply besar dari Rusia dan kemungkinan juga peningkatan kebutuhan demand dari China dan juga beberapa negara lainnya yang disebabkan kebijakan baru yang sudah mulai dibuka," katanya.
"Jadi di satu sisi supply verkurang karena belum tentu bisa dikejar negara-negara produsen nah di satu sisi demand akan meningkat, inilah yang perlu kita antisipasi," tambahnya.