-
Turis Rusia Jalan-Jalan Tanpa Busana di Bali, Ngaku Punya Penyakit Tidur Berjalan
55 menit lalu -
Head to Head Timnas Indonesia vs Timnas Uzbekistan: Garuda Muda Tidak Meyakinkan Jelang Duel di 16 Besar Asian Games 2023
43 menit lalu -
Brentford vs Arsenal di Piala Liga Inggris 2023-2024: Mikel Arteta Bicara Peluang Rotasi Pemain The Gunners
57 menit lalu -
Revitalisasi, Kilang LNG Arun Bakal Jadi Hub Terminal
37 menit lalu -
Visi-Misi Sudah Lengkap, TPN Ganjar Bahas Persiapan Tim di Pusat dan Daerah
54 menit lalu -
Pelaku Usaha Diminta Tak Sembarangan Pilih Platform Jualan
33 menit lalu -
Menaker Diminta Turun Tangan Atasi PHK Massal Smartfren
32 menit lalu -
Satgas Anti-Mafia Bola Tetapkan 6 Tersangka Match Fixing Sepak Bola Liga 2
40 menit lalu -
Xi Jinping Ingin Buat Alquran Versi China, Ini Alasannya
51 menit lalu -
Bejat! Kang RK Mencabuli Anak Laki-laki 11 Tahun di Bandung
44 menit lalu -
Ganjar Pranowo dan Ketum Parpol Tertawa Lepas Usai Rapat TPN Hari Ini
22 menit lalu -
Alasan Pemerintan Terbitkan Revisi Aturan Social Commerce
25 menit lalu
Sri Mulyani Kantongi Pajak Rp688,1 Triliun dalam 4 Bulan
JAKARTA - Menteri Keuangan Sri Mulyani mengantongi penerimaan pajak sebesar Rp688,15 triliun hingga April 2023. Jumlah tersebut setara dengan capaian 40,05% dari target APBN 2023.
Sri Mulyani Indrawati mengatakan bahwa penerimaan pajak ini masih positif sebesar 21,3% hingga April 2023, meskipun melambat dibandingkan tahun sebelumnya sebesar 51,4% hingga April 2022.
"Angka ini terdiri dari, yang pertama, PPh non migas sebesar Rp410,92 triliun atau 47,04% dari target, tumbuh 20,11%. Kemudian PPN dan PPnBM sebesar Rp239,98 triliun atau 32,30% dari target, tumbuh 24,91%," ujar Sri dalam Konferensi Pers APBN KITA edisi Mei 2023 di Jakarta, Senin (22/5/2023).
Kemudian PPh migas tercatat sebesar Rp32,33 triliun atau 52,62% dari target, tumbuh 5,44% dan PBB serta pajak lainnya sebesar Rp4,92 triliun atau 12,30% dari target, tumbuh 102,62%.
Adapun penerimaan pajak ini melambat dibandingkan tahun sebelumnya, antara lain disebabkan penurunan harga mayoritas komoditas utama dan penurunan ekspor dan impor.