-
Marcus Rashford Langsung Masuk Lorong Stadion Usai Diganti, Ngambek?
55 menit lalu -
Pemain Muslim Liverpool Salat Sebelum Bertanding, Klopp: Kami Saling Memahami
52 menit lalu -
Dua Tim Biru ke Melaju
49 menit lalu -
Drawing Piala AFC Pekan Depan
47 menit lalu -
Selain Bruno Fernandes, Ini 3 Transfer Tersukses MU di Bursa Januari
49 menit lalu -
Perselingkuhan Cristiano Ronaldo Bikin Irina Shayk Minder
47 menit lalu -
Solskjaer Beberkan Rahasia Dibalik Tendangan Bebas Bruno Fernandes
40 menit lalu -
Realisasi Investasi 2020 Capai Rp826,3 Rriliun, Apa Efeknya ke Ekonomi RI?
43 menit lalu -
Lelang Frekuensi 5G Batal, Smartfren Koordinasi dengan Kemkominfo
56 menit lalu -
Maskapai Belum Isi Penuh Kursi Pesawat
48 menit lalu -
Intip Foto-Foto Georgina Rodriguez Urus Anak, Cristiano Ronaldo Siap Nikahin?
40 menit lalu -
Klub Malaysia Pikir-Pikir Usai Disuruh Bayar Transfer Pemain Indonesia
39 menit lalu
Sektor Agribisnis Terbukti Tahan Banting Halau Resesi

Ketidakpastian pasar masih akan membayangi ekonomi Indonesia tahun depan. Namun, kebijakan pemerintah melakukan pembatasan wilayah secara parsial telah menyelamatkan ekonomi dari ancaman resesi.
Menurut data IMF (Dana Moneter Internasional), pertumbuhan ekonomi Indonesia tahun 2020 mencatat kontraksi (minus) 1,5% hingga 3,3%.
Baca Juga: Identifikasi Tipe Kelapa Sawit Demi Keberlanjutan Agribisnis Sawit
"Dampak ini dinilai masih wajar jika dibandingkan dengan negara lain seperti Malaysia yang minus 6,4% dan Filipina yang minus 10%," kata Ekonom Universitas Indonesia (UI) Dr Chatib Basri saat menjadi pembicara pada IPOC (Indonesian Palm Oil Conference) 2020 New Normal yang diselenggarakan secara virtual, Rabu (2/12/2020).
Mantan Menteri Keuangan itu memperkirakan, investasi swasta belum akan masuk pada tahun 2021 dengan dua alasan. Pertama, kemampuan pemerintah dalam mengatasi pandemik yang saat ini masih menjalankan protokol kesehatan. Kedua, permintaan pasar domestik dan ekspor diperkirakan masih sangat lemah.
"Akibat pandemi, sektor swasta tidak bisa beroperasi secara normal sehingga kapasitas ekonomi tidak dapat dimanfaatkan secara utuh. Maka, ekonomi tidak akan pulih sepenuhnya tahun depan dan diperkirakan akan kembali normal tahun 2022," tegas dia.
Chatib mengatakan, dalam waktu dekat akan sulit bagi beberapa industri untuk mencapai break even point, khususnya bisnis yang mengandalkan pengalaman konsumen seperti perhotelan.
"Ekspor Indonesia sangat bergantung dengan RRC dan RRC sangat bergantung dengan Eropa. Ekonomi Eropa diperkirakan tidak akan pulih lebih cepat dari tahun 2022. Maka, sektor domestik yang harus dikuatkan untuk menopang perekonomian Indonesia," jelasnya.
Pada kesempatan yang sama, Guru Besar Ekonomi Pertanian Universitas Lampung Prof Dr Bustanul Arifin mengungkapkan, meski resesi, ada beberapa sektor yang tumbuh positif. Antara lain, pada kuartal III 2020, sektor pertanian tumbuh 2,15%, pemasok air 6,04%, komunikasi 10,83%, dan jasa keuangan 1,05%.
"Pandemi Covid-19 telah memicu fenomena pedesaan jangka pendek, di mana pekerja perkotaan telah kembali ke desa dan berkecimpung di bidang pertanian," ujar Bustanul.
Perubahan kebijakan menjadi kunci utama dalam mendorong pemulihan ekonomi. Sektor pertanian dipercaya menjadi andalan menghadapi ancaman resesi ekonomi dengan dukungan terhadap petani.
"Berbicara tentang sektor pertanian, tentu subsektor utamanya adalah perkebunan sawit. Namun, sektor minyak sawit tetap menghadapi ketidakpastian pasar ekspor dan program mandatori B-30 telah menyelamatkan industri sawit saat ini," katanya.
Penulis: Boyke P. Siregar
Editor: Puri Mei Setyaningrum
Foto: Syifa Yulinnas