-
Performa Bali United Naik Turun, Teco Sentil Target Tim, Tidak Main-main
58 menit lalu -
Kalender Bali Rabu 29 Maret 2023: Cocok Tanam Kelapa & Potong Rambut, Hindari Mengatapi Rumah
24 menit lalu -
5 Berita Terpopuler: Wahai PPPK Guru 2022 Jangan Resah, Pendaftaran CPNS 2023 Segera Dibuka, Jangan Terkejut ya!
28 menit lalu -
Kapan Marc Marquez Masuk MotoGP? Ini Perjalanan Kariernya
43 menit lalu -
5 Fakta Puncak Arus Mudik Lebaran 2023, Kemungkinan Terjadi pada 18-21 April
55 menit lalu -
Info Pemadaman Listrik Hari Ini, Rabu 29 Maret 2023
54 menit lalu -
Melihat Kombinasi Lengkap Skill Daniel Marthin
28 menit lalu -
Pakai Judul Heboh, Media Malaysia Takjub Lihat Gol Jordi Amat di Laga Timnas Indonesia vs Burundi
41 menit lalu -
Gunung Anak Krakatau Erupsi Lagi, Begini Catatan PVMBG
56 menit lalu -
Siapakah Pj Gubernur Banten Berikutnya? Ada 3 Nama
56 menit lalu -
Piala Dunia U20 Optimistis Tetap di Indonesia, Sumsel Tawarkan Diri Jadi Pengganti Bali
39 menit lalu -
SIM Keliling Surabaya 29-31 Maret 2023, Berikut Jadwal dan Lokasinya
27 menit lalu
Pesan Kemenkes untuk Orang Tua: Waspada Jika Popok Anak Selalu Kering

JAKARTA -- Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan Siti Nadia Tarmizi meminta orang tua agar mewaspadai kondisi popok kering dalam jangka waktu tertentu pemakaian pada anak. Peringatan kewaspadaan itu terkait kembali munculnya kasus gangguan ginjal akut pada anak baru-baru ini.
"Kami minta orang tua pantau kondisi anaknya saat dalam proses pengobatan. Kalau demam biasanya beri cairan yang cukup pada anak, hingga memastikan kalau minumnya cukup, dia bisa buang air kecil, tetapi kalau popok kering itu sebaiknya segera dibawa ke rumah sakit," kata Siti Nadia Tarmizi di Jakarta, Selasa (7/2/2023).
Menurut Nadia, salah satu gejala spesifik pada peristiwa keracunan obat sirop adalah kesulitan buang air kecil yang menandai adanya risiko kerusakan pada organ ginjal. Jika mendapati kondisi tersebut, Nadia mengimbau orang tua agar tidak menunggu kondisi perut anak kembung hingga sakit perut.
"Kalau kelihatannya sudah seharian pipisnya anak sedikit sekali, atau kalau sehari bisa tiga kali ganti popok, tetapi ini hanya sekali, maka harus waspada," katanya.
Nadia mengatakan, gagal ginjal akut memiliki karakteristik perburukan gejala yang sangat cepat. Selain sulit buang air kecil, gejala lainnya adalah demam, batuk, dan pilek.
"Yang paling spesifik adalah frekuensi air kecil yang berkurang sangat cepat progresifnya, dari yang semula sedikit-sedikit, lama-lama tidak bisa. Tidak lama kemudian, terjadi penurunan kesadaran. Bahkan, tindakan medis cuci darah, tidak ada perbaikannya," katanya.
"Sakit gagal ginjal pada umumnya berlangsung dalam interval bulanan sampai kerusakan ginjal terjadi. Kalau gagal ginjal akut progresif atipikal (GGAPA), hanya membutuhkan waktu 10--14 hari sejak gejala demam dan sulit buang air kecil," kata Nadia.
Terhadap masyarakat yang mengalami gejala serupa, Nadia meminta mereka untuk segera mengakses pelayanan medis di fasilitas kesehatan terdekat.
"Jangan membeli obat sirop secara mandiri di apotek dan toko obat di pasaran. Segera bawa ke fasyankes terdekat untuk memperoleh resep yang tepat dari tenaga medis," katanya.
Setelah sempat mereda sejak Desember tahun lalu, kasus gagal ginjal akut pada anak kembali dilaporkan muncul. Dua kasus baru dilaporkan oleh Dinas Kesehatan DKI Jakarta, di mana satu anak meninggal dunia.
Berdasarkan pemaparan pihak Kementerian Kesehatan (Kemenkes), satu kasus konfirmasi GGAPA merupakan anak berusia 1 tahun, mengalami demam pada 25 Januari 2023, dan diberikan obat sirup penurun demam yang dibeli di apotek dengan merk Praxion. Pada 28 Januari, pasien mengalami batuk, demam, pilek, dan tidak bisa buang air kecil (Anuria) kemudian dibawa ke Puskesmas Pasar Rebo, Jakarta, untuk mendapatkan pemeriksaan.
Lantaran ditemukan gejala GGAPA maka anak tersebut direncanakan untuk dirujuk ke RSCM. Namun, menurut Juru Bicara Kementerian Kesehatan M Syahril, Senin (6/2/2023), pihak keluarga menolak dan pulang paksa. Pada 1 Februari, orang tua membawa pasien ke RS Polri dan mendapatkan perawatan di ruang IGD dan pasien sudah mulai buang air kecil.
Pada 1 Februari, pasien akhirnya kemudian dirujuk ke RSCM untuk mendapatkan perawatan intensif sekaligus terapi Fomepizole. Namun, selang 3 jam setelah dirawat di RSC,M pada pukul 23.00 WIB pasien dinyatakan meninggal dunia.
Untuk satu kasus lainnya masih merupakan suspek, anak berusia 7 tahun, mengalami demam pada 26 Januari, kemudian mengkonsumsi obat penurun panas sirop yang dibeli secara mandiri. Pada 30 Januari mendapatkan pengobatan penurun demam tablet dari Puskesmas.
Pada 1 Februari, pasien berobat ke klinik dan diberikan obat racikan. Pada 2 Februari dirawat di RSUD Kembangan, kemudian dirujuk, dan saat ini masih menjalani perawatan di RSCM Jakarta. Pada saat ini sedang dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terkait pasien ini.
- Koordinasi dengan BPOM Soal Praxion, Ini Kata Kemenkes
- Suara Pedagang Obat Setelah Muncul Lagi Kasus Kematian Anak Akibat Gagal Ginjal
- IDAI Imbau Dokter tak Resepkan Obat Sirop Praxion Sampai Ada Hasil Investigasi
- Konversi BBM ke Gas, PGN Melalui Gagas Tandatangani MoU dengan PDSI
- 'Turki Banyak Membantu Aceh Saat Tsunami'