-
Usai Garuda, Kini Pertamina. . . Erick Thohir: Univ Pertamina Buat Apa?
10 jam lalu -
Klasemen Liga Inggris Jelang Arsenal vs Manchester City
22 jam lalu -
Qooder Berikan Garansi Hingga 2 Tahun Sekaligus Servis Gratis
22 jam lalu -
Australia Kemungkinan Hadapi Rekor Suhu Terpanas Pekan Depan
18 jam lalu -
Gebyar 10 Ribu Warung, Ajang Silaturahmi Para Pemilik Warung Sembako
17 jam lalu -
Mendobrak Stereotip Penyandang Disabilitas (Bagian 2): Saat Mereka Bicara Cinta
18 jam lalu -
Grab Pakai Mobil Listrik Hyundai IONIQ di Jakarta
17 jam lalu -
Penjual Rongsokan Ini dapat Hadiah Rumah dari Smartfren
16 jam lalu -
BRI Luncurkan Aplikasi Pinjaman Online CERIA
17 jam lalu -
Seekor Macan Tutul Liar yang Berkeliaran Timbulkan Kepanikan di Kota India
16 jam lalu -
Lukisan Telanjang Pahlawan Nasional Meksiko Timbulkan Kontroversi, Protes Berujung Kerusuhan
15 jam lalu -
Ilmuwan Temukan Daratan Terdalam Bumi di Bawah Antartika
16 jam lalu
0
Normalisasi Tukad Mati Belum Menyeluruh

Adapun titik yang tidak mendapatkan pengerukan sedimentasi adalah alur dari titik Jembatan Jalan Raya Kuta (sekitar Central Kuta) sampai di belakang Krisna Oleh-oleh Bali Jalan Bypass Ngurah Rai Kuta.
"Kalau untuk pengerukan sedimentasi hanya di Sentral Parkir hingga Jembatan Jalan Raya Kuta saja. Untuk alur ke selatannya lagi (sampai belakang Krisna Oleh-oleh), itu belum dilakukan karena ada beberapa hal termasuk anggaran," beber Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker Sungai Pantai I Balai Wilayah Sungai Bali Penida (BWSBP), I Wayan Riasa.
Dikatakannya, normalisasi alur tersebut dilakukan dengan menjamah alur-alur yang bersifat urgent dan prioritas. Dalam artian sedimentasi yang dikeruk hanya pada titik yang kondisi sedimentasinya tinggi, yang mengakibatkan adanya penyempitan alur sungai. Semula alur Tukad Mati dari titik belakang Sentral Parkir hingga Jembatan Jalan Raya Kuta direncanakan tidak terjamah. Namun karena kebetulan ada pekerjaan yang pembiayaannya bisa digeser, maka alur tersebut akhirnya bisa terjamah. "Tentu ada titik-titik prioritas yang harus dilakukan pengerukan. Tentu ada kajian dan pertimbangan seperti tingkat kepadatan masyarakat sekitar dan hak lainnya," katanya.
Disisi lain untuk penguatan ataupun peninggian dinding sungai, hal itu dilakukan mulai dari alur di wilayah Padangsambian hingga Jembatan Sunset Road (Trash Rake) yang menjadi wilayah perbatasan antara Legian dan Seminyak. Sementara dari titik Trash Rake hingga Jembatan Jalan Patih Jelantik (sekitar Sentral Parkir) itu hanya berupa pekerjaan parapet dan pengerukan sedimentasi. Hal itu dilakukan berkaca dari pengalaman banjir terbesar sebelumnya yang pernah terjadi, dimana kondisi air Tukad Mati saat melintas 40 cm di atas tanggul yang ada. "Kondisi dinding eksisting di alur Tukad Mati Legian saat ini tergolong sangat baik. Kondisi itu juga sama dengan kondisi alur sungai dari titik Jembatan Jalan Raya Kuta ke selatan," akunya.
Kedepan Riasa berharap kepada pemerintah daerah Kabupaten Badung, untuk bisa turut berpartisipasi melakukan pemeliharaan terhadap alur Tukad Mati. Utamanya dalam pembersihan alur dari serbuan sampah dan eceng gondok. "Harapannya adanya sinergitas semua komponen. Dengan demikian, pendangkalan yang disebabkan ulah oknum tertentu bisa diantisipasi, begitu juga dalam menanganinya, semua pihak agar bersama-sama memperhatikan," harapnya.*dar
"Kalau untuk pengerukan sedimentasi hanya di Sentral Parkir hingga Jembatan Jalan Raya Kuta saja. Untuk alur ke selatannya lagi (sampai belakang Krisna Oleh-oleh), itu belum dilakukan karena ada beberapa hal termasuk anggaran," beber Pejabat Pembuat Komitmen (PPK) Satker Sungai Pantai I Balai Wilayah Sungai Bali Penida (BWSBP), I Wayan Riasa.
Dikatakannya, normalisasi alur tersebut dilakukan dengan menjamah alur-alur yang bersifat urgent dan prioritas. Dalam artian sedimentasi yang dikeruk hanya pada titik yang kondisi sedimentasinya tinggi, yang mengakibatkan adanya penyempitan alur sungai. Semula alur Tukad Mati dari titik belakang Sentral Parkir hingga Jembatan Jalan Raya Kuta direncanakan tidak terjamah. Namun karena kebetulan ada pekerjaan yang pembiayaannya bisa digeser, maka alur tersebut akhirnya bisa terjamah. "Tentu ada titik-titik prioritas yang harus dilakukan pengerukan. Tentu ada kajian dan pertimbangan seperti tingkat kepadatan masyarakat sekitar dan hak lainnya," katanya.
Disisi lain untuk penguatan ataupun peninggian dinding sungai, hal itu dilakukan mulai dari alur di wilayah Padangsambian hingga Jembatan Sunset Road (Trash Rake) yang menjadi wilayah perbatasan antara Legian dan Seminyak. Sementara dari titik Trash Rake hingga Jembatan Jalan Patih Jelantik (sekitar Sentral Parkir) itu hanya berupa pekerjaan parapet dan pengerukan sedimentasi. Hal itu dilakukan berkaca dari pengalaman banjir terbesar sebelumnya yang pernah terjadi, dimana kondisi air Tukad Mati saat melintas 40 cm di atas tanggul yang ada. "Kondisi dinding eksisting di alur Tukad Mati Legian saat ini tergolong sangat baik. Kondisi itu juga sama dengan kondisi alur sungai dari titik Jembatan Jalan Raya Kuta ke selatan," akunya.
Kedepan Riasa berharap kepada pemerintah daerah Kabupaten Badung, untuk bisa turut berpartisipasi melakukan pemeliharaan terhadap alur Tukad Mati. Utamanya dalam pembersihan alur dari serbuan sampah dan eceng gondok. "Harapannya adanya sinergitas semua komponen. Dengan demikian, pendangkalan yang disebabkan ulah oknum tertentu bisa diantisipasi, begitu juga dalam menanganinya, semua pihak agar bersama-sama memperhatikan," harapnya.*dar
Sumber: Nusabali
Berita Terkait
Berita Populer Dari Nusabali