-
Program Uang Kaget, Hary Tanoe: Makin Banyak yang Peduli Indonesia Cepat Lebih Maju
52 minutes ago -
Hary Tanoe Bagikan Pesan Donald Trump untuk Presiden Jokowi
51 minutes ago -
Kecelakaan Beruntun di Jalur Pantura Situbondo, 2 Orang Tewas
51 minutes ago -
Tren Positif Arema FC di Bali Terhenti, Persebaya Bikin Singo Edan Mati Kutu
56 minutes ago -
Pemain Muda Bhayangkara FC Bisa Jadi Ancaman Persib
42 minutes ago -
Polisi Kantongi Identitas Terduga Penganiaya Wanita hingga Tewas di Bogor
26 minutes ago -
Difabel dan ABK Karanganom Klaten Kini Tak Lagi Merasa Terabaikan
35 minutes ago -
Sultan Apresiasi Pemerintah Siapkan Jatah Khusus Bagi Tenaga Honorer Dalam Seleksi CASN 2023
27 minutes ago -
Samsung Tawarkan Galaxy A34 5G Dengan Bonus Paket Gaming
32 minutes ago -
Kemenkes Buka Lowongan 7.249 Formasi, Cek Syarat dan Jadwalnya!
28 minutes ago -
Pembahasan RUU Anggaran Masih Mandek, AS Bersiap hadapi Shutdown
31 minutes ago -
Persija vs Bali United: Teco Sesumbar Setelah Menang Telak di Filipina, Sentil Rans FC
27 minutes ago
0
Nener dari Dusun Gondol Gerokgak, Primadona Ekspor ke Filipina

Produk perikanan dari Bali itu pun diserap pasar internasional tanpa adanya permasalahan ataupun penolakan.
"Komoditi terbesar dipegang oleh produk ikan tuna sebagai komoditi ikan non hidup, sedangkan benih bandeng atau nener sebagai komoditi ikan hidup," terang Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, Putu Sumardiana.
Komoditas ikan lainnya yang mampu menembus pasar ekspor adalah kerapu
Adapun nener, Sumardiana menjelaskan, paling banyak diserap Filipina. "Untuk menjadi bandeng, nener memerlukan waktu, sehingga dilakukan ekspor," imbuh Sumardiana belum lama ini.
Produksi nener terbesar di Bali ini berasal dari Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Dusun Gondol ini disebut-sebut sebagai penghasil nener terbaik, dan tak kehabisan stok karena banyaknya kelompok masyarakat yang berkecimpung memproduksi nener.
"Ekspor tiap hari ada dan tidak ada musim, karena tidak hanya dari Bali saja tetapi ada beberapa daerah yang masuk ke Bali untuk ikut mengekspor ikan-ikannya," terang Sumardiana.
Berdasarkan data Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Denpasar mencatat, nilai ekspor komoditi ikan hidup pada Januari hingga Mei 2023, yakni benih bandeng sebesar Rp 17.69 miliar.
Sedangkan nilai ekspor ikan non hidup yang diekspor pada Januari hingga Mei 2023, yakni ekspor ikan tuna sebesar Rp 238,7 miliar. AS menjadi pasar terbesar ikan tuna Bali disusul China.
Selama ini, tidak ada kendala yang berarti dalam mengekpor ikan ke negara tujuan ekspor. Sebab, kualitas atau persyaratan ekspor serta sistem jaminan mutu sudah dipastikan layak dan bagus.
Bahkan, lanjut Sumardiana, seluruh ikan yang akan diekspor sudah melalui pemeriksaan di laboratorium sehingga kepercayaan negara luar terhadap produk Bali dirasa cukup baik.
"Blue economy sedang kami gencarkan karena bagaimana menjaga kawasan pantai yang menjadi salah satu indikator blue economy dilaksanakan. Lalu terkait dengan sampah plastik selalu kami jaga karena kami berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup," pungkasnya. *ris
"Komoditi terbesar dipegang oleh produk ikan tuna sebagai komoditi ikan non hidup, sedangkan benih bandeng atau nener sebagai komoditi ikan hidup," terang Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Provinsi Bali, Putu Sumardiana.
Komoditas ikan lainnya yang mampu menembus pasar ekspor adalah kerapu
Adapun nener, Sumardiana menjelaskan, paling banyak diserap Filipina. "Untuk menjadi bandeng, nener memerlukan waktu, sehingga dilakukan ekspor," imbuh Sumardiana belum lama ini.
Produksi nener terbesar di Bali ini berasal dari Dusun Gondol, Desa Penyabangan, Kecamatan Gerokgak, Kabupaten Buleleng.
Dusun Gondol ini disebut-sebut sebagai penghasil nener terbaik, dan tak kehabisan stok karena banyaknya kelompok masyarakat yang berkecimpung memproduksi nener.
"Ekspor tiap hari ada dan tidak ada musim, karena tidak hanya dari Bali saja tetapi ada beberapa daerah yang masuk ke Bali untuk ikut mengekspor ikan-ikannya," terang Sumardiana.
Berdasarkan data Balai Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM) Denpasar mencatat, nilai ekspor komoditi ikan hidup pada Januari hingga Mei 2023, yakni benih bandeng sebesar Rp 17.69 miliar.
Sedangkan nilai ekspor ikan non hidup yang diekspor pada Januari hingga Mei 2023, yakni ekspor ikan tuna sebesar Rp 238,7 miliar. AS menjadi pasar terbesar ikan tuna Bali disusul China.
Selama ini, tidak ada kendala yang berarti dalam mengekpor ikan ke negara tujuan ekspor. Sebab, kualitas atau persyaratan ekspor serta sistem jaminan mutu sudah dipastikan layak dan bagus.
Bahkan, lanjut Sumardiana, seluruh ikan yang akan diekspor sudah melalui pemeriksaan di laboratorium sehingga kepercayaan negara luar terhadap produk Bali dirasa cukup baik.
"Blue economy sedang kami gencarkan karena bagaimana menjaga kawasan pantai yang menjadi salah satu indikator blue economy dilaksanakan. Lalu terkait dengan sampah plastik selalu kami jaga karena kami berkoordinasi dengan Dinas Lingkungan Hidup," pungkasnya. *ris
Sumber: Nusabali
Berita Terkait
Berita Populer Dari Nusabali