-
Tips Dasar Kembangkan Bisnis Bagi Pemula
59 menit lalu -
Terima Bansos Ayam Hidup, Warga: Baru Diterima Sudah Mati
55 menit lalu -
Main TikTok, Indra Bekti Ditampar Chika Jessica
59 menit lalu -
Pierre-Emerick Aubameyang: Thomas Tuchel Pelatih Gila
55 menit lalu -
Ada 8 Tambahan Aturan Turunan UU Cipta Kerja
58 menit lalu -
MK Kembali Gelar 35 Sidang Sengketa Pilkada Hari Ini
58 menit lalu -
Lagi, Aziz Memohon Masyarakat Indonesia Mendoakan Habib Rizieq
58 menit lalu -
5 Rekomendasi Serial Film Wajib Nonton Saat Waktu Luang
59 menit lalu -
Foto Liga Inggris: Comeback Fantastis, Arsenal Menang Telak di Markas Southampton
44 menit lalu -
Jadwal Liga Inggris Chelsea vs Wolves: Debut Thomas Tuchel
56 menit lalu -
Prediksi Liga Inggris Manchester United Vs Sheffield United: Santapan Empuk Tim Setan Merah
44 menit lalu -
Danny Murphy: Ayolah Beli Bek Baru, Liverpool!
44 menit lalu
Mutasi Virus Corona tak Sebabkan Penyebaran Lebih Cepat

LONDON - Sebuah studi global yang dilakukan terhadap lebih dari 12.000 mutasi virus corona jenis baru (SARS-CoV-2) yang menyebabkan infeksi penyakit COVID-19 menemukan bahwa tidak satu pun diantaranya yang tampak membuat virus menyebar lebih cepat.
Para peneliti di University College London menilai mutasi COVID-19 di lebih dari 46.000 sampel yang diambil dari orang-orang di 99 negara berbeda. Tim menyimpulkan bahwa mutasi seluruhnya tampak netral dalam hal mempercepat penyebaran virus. Studi peer-review yang diterbitkan pada Rabu (27/11) di jurnal Nature Communications mengidentifikasi total 12.706 mutasi.
Dari jumlah tersebut, 398 jenis virus corona yang ditemukan terjadi berulang kali dan secara independen. Para peneliti memutuskan untuk mengasah 185 mutasi yang telah terjadi setidaknya tiga kali secara independen selama pandemi COVID-19.
"Mutasi berulang saat ini beredar tampaknya netral evolusioner dan khususnya disebabkan oleh sistem kekebalan manusia melalui pengeditan RNA, daripada menjadi tanda adaptasi," ujar peneliti studi tersebut, dilansir CNBC, Jumat (21/11).
Pada tahap tersebut, para peneliti tidak menemukan bukti dari garis keturunan SARS-CoV-2 yang secara significan lebih dapat ditularkan karena mutasi berulang. Hasil penelitian ini muncul ketika pusat penelitian dan pembuat obat berjuang untuk memberi vaksin yang aman dan efektif untuk membantu mengakhiri pandemi.
Seperti perusahaan farmasi asal Inggris, AstraZeneca mengatakan bahwa analisis sementara menunjukkan vaksin COVID-19 yang tengah dikembangkan memiliki kemanjuran rata-rata 70 persen. Berita ini mengikuti pengumuman dari perusahaaan Amerika Pfizer yang bekerjasama dengan BioNTech mengenai efektivitas masing-masing kandidat vaksin.
Virus secara alami bermutasi dan para ilmuwan sebelumnya mengatakan mereka telah mengamati mutasi kecil pada virus corona jenis baru yang tidak memengaruhi kemampuannya untuk menyebarkan atau menyebabkan penyakit dengan signifikan.
Namun, awal tahun ini, varian mutan virus corona jenis baru yang dikenal sebagai D614G dianggap meningkatkan penularan virus.
Hal itu membuat pakar penyakit menulat AS, Anthony Fauci memperingatkan varian yang baru ditemukan mungkin menyebabkan patogen menyebar lebih mudah. Mutasi yang cukup umum semuanya tampak netral bagi virus yang membawanya.
"Ini termasuk D614G, yang menurut analisis kami lebih seperti 'penumpang gelap' yang beruntung dalam garis keturunan yang sukses, bukan pendorong penularan," jelas Francois Balloux, direktur Institut Genetika UCL dan salah satu penulis studi.
- Penderita Retinopati Diabetes Berisiko Alami Covid-19 Parah
- Bangkai Cerpelai di Denmark Menyembul dari Kuburan Massal
- 70 Persen Orang Pakai Masker, Pandemi Bisa Dikendalikan
- Perpres 109/2020 Dorong Percepatan Proyek Strategis Nasional
- Yogyakarta Catat 113 Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak