-
Kebakaran TPA Putri Cempo Belum Padam, Pemkot Surakarta Ganti Strategi
34 menit lalu -
Cara Mengatasi Website SSCASN yang Tidak Bisa Diakses
48 menit lalu -
Denny Darko Ungkap Ramalan Soal Thariq Halilintar dan Aaliyah Massaid
47 menit lalu -
Omzet Pedagang Pasar Induk Beras Cipinang Anjlok Gegara Harga Mahal
34 menit lalu -
BI Prediksi Suku Bunga The Fed Bakal Naik pada Awal November 2023
31 menit lalu -
Kemendagri Gelar Pelatihan Peningkatan Kapasitas Aparatur Pemerintah Desa Secara Nasional
35 menit lalu -
Tahan Suku Bunga Acuan 5,75%, BI Fokus ke Inflasi dan Rupiah
48 menit lalu -
Jelang Rakernas, Sekjen PDIP Isi Dialog Bahas Isu Ketahanan Pangan di IPB
48 menit lalu -
Menko Luhut Tawarkan Investor UEA Investasi EBT Rp1.200 Triliun
43 menit lalu -
Sekuritas Rupiah BI Diminati Pasar, Penawarannya Tembus Rp15,6 Triliun
40 menit lalu -
KIM Medokan Ayu Tetap Berkarya Menyebar Informasi Positif Tanpa Pamrih
37 menit lalu -
KPK Cecar Kabiro Humas MA Sobandi soal Pihak yang Menemui Hasbi Hasan
34 menit lalu
Muhadjir Effendy Minta Keluarga Tak Panik bila Anak Terkena Stunting
JAKARTA - Menteri Koordinator Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy meminta seluruh keluarga untuk tidak panik bila anak terkena stunting, karena kondisi anak masih bisa dikoreksi dengan cara yang tepat.
"Jika ada anaknya stunting, tak perlu khawatir. Tetapi tangani dengan cara berat badan dinaikkan, tinggi badan dinaikkan, agar tidak stunting," kata Muhadjir dilansir Antara, Minggu (28/5/2023).
Muhadjir meminta agar setiap keluarga tidak malu untuk segera memberitahu tenaga kesehatan bila anak memiliki tanda-tanda stunting supaya bisa segera ditangani.
Di sisi lain, pemerintah daerah juga harus terus berupaya memberikan berbagai intervensi supaya anak tidak terkena stunting, seperti di Kabupaten Kubu Raya.
Dirinya mengapresiasi Pemerintah Daerah setempat karena menanggung dana jaminan kesehatan masyarakat dan penangan stunting di dalam APBD untuk menurunkan angka stunting yang masih 27,6 persen berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022, meski capaian itu justru berbanding terbalik dengan angka kemiskinan ekstrem di sana yang berkisar 0,38.
"Ini cukup bagus, karena semua warga miskin di sini ditanggung BPJS-nya, yang tidak dari Pemerintah Pusat, akan tetapi ditanggung dari anggaran APBD," katanya.