-
Sistem Kelistrikan di Hulu Sungai Selatan yang Terdampak Banjir Parah Kalsel Mulai Pulih
57 menit lalu -
Dapatkan Link Live Streaming Piala FA MU vs Liverpool di Vidio
57 menit lalu -
Banjir Papua, Kemensos Pasok Kebutuhan Logistik Pengungsi
56 menit lalu -
Pakar: Keluarga Korban Kecelakaan Pesawat Sriwijaya Air Perlu Didampingi Pengacara Berpengalaman
50 menit lalu -
Kronologi Longsornya Tebing Perumahan Pesona Jati Asri Bekasi
39 menit lalu -
Baduy Nol Kasus Covid-19
56 menit lalu -
PSSI Hentikan Liga 1 di Tengah Jalan, Persib: Setelah Lebaran Itu Tanggal Berapa?
59 menit lalu -
Liverpool 100% Siap Berperang dengan Man United
26 menit lalu -
Hasil Lengkap Final Thailand Open 2021, Viktor Axelsen dan Carolina Marin Juara Lagi
48 menit lalu -
Sergino Dest Alami Krisis Kepercayaan Diri
44 menit lalu -
Diego Simeone Berusaha Keras Bangkitkan Joao Felix
24 menit lalu -
Link Live Streaming Piala FA: Chelsea Vs Luton Town
42 menit lalu
Menhan Australia Terkejut dan Malu Baca Laporan Kejahatan Perang

MENTERI Pertahanan (Menhan) Australia, Linda Reynolds, mengaku terkejut dan malu membaca laporan militer bahwa pasukan elite Australia secara tidak sah membunuh 39 tahanan, petani, dan warga sipil Afghanistan.
"Saya seperti halnya setiap warga Australia lainnya yang membaca atau mendengar laporan itu benar-benar terkejut dan malu, '' katanya dalam konferensi bisnis di Perth, melansir VoA Indonesia, Sabtu (21/11/2020).
Reynolds mengatakan, "Saya mendapat laporannya dua minggu lalu dan itu membuat saya secara fisik sakit.''
Panglima Angkatan Bersenjata Australia Jenderal Angus Campbell, Kamis (19/11), mengatakan laporan itu memuat dugaan kejadian di mana sejumlah anggota baru pasukan elite Angkatan Udara Khusus (SAS) akan diwajibkan menembak seorang tahanan untuk melakukan pembunuhan pertamanya dalam praktik yang dikenal sebagai blooding.
Campbell mengumumkan hasil penyelidikan selama empat tahun yang dilakukan Paul Brereton, seorang hakim yang mewawancarai lebih dari 400 saksi dan mengevaluasi ribuan dokumen.
Campbell mengatakan sejumlah tentara juga dengan sengaja menempatkan senjata dan radio di, atau dekat, tubuh korban sebagai bukti palsu untuk mendukung klaim mereka bahwa korban adalah musuh yang tewas dalam aksi. Campbell dengan tulus meminta maaf kepada rakyat Afghanistan.
Laporan tersebut merekomendasikan agar kasus 19 tentara yang diduga terlibat dirujuk ke polisi federal untuk penyelidikan kriminal. Campbell mengatakan ia menerima semua rekomendasi laporan itu.