-
Update Covid-19 Per 29 Maret 2023: Positif 6.745.453, Sembuh 6.579.584 dan Meninggal 161.008 Orang
48 menit lalu -
Konsolidasi di Medan, PDIP Ingin Perkuat Kemenangan di Sumut pada Pemilu 2024
36 menit lalu -
DPR Persoalkan PPATK Laporan ke Menko Polhukam soal Transaksi Janggal Rp349 T, Mahfud MD: Loh Saya Ketua
36 menit lalu -
Sri Mulyani Akui Kompleksitas dalam Transisi Energi
37 menit lalu -
Terdakwa Kasus Pemerkosaan Anak di Jakut Divonis 9 Tahun, RPA Perindo Apresiasi
34 menit lalu -
Erick Thohir Perbarui Mekanisme Penugasan Khusus BUMN, seperti Apa?
32 menit lalu -
Guru Honorer di Kota Medan Meringis, Dana Insentif Belum Diterima 3 Bulan
53 menit lalu -
THR dan Gaji ke-13 ASN, Menkeu Jelaskan Kebijakan Baru untuk Guru & Dosen
40 menit lalu -
Pasutri di Johor Keracunan Ikan Buntal, Istri Meninggal Sesak Napas
40 menit lalu -
Blak-blakan Kritik Perang di Ukraina, Politikus Cantik Rusia Diracun dengan Bahan Kimia Mematikan
58 menit lalu -
Gibran: Persiapan Solo Sambut Piala Dunia U-20 Sudah Matang
45 menit lalu -
Masih di Bali, Sri Mulyani Absen Rapat Transaksi Janggal Rp349 Triliun
19 menit lalu
Mengapa Kita Ikut Menguap Ketika Ada Orang Menguap?

JAKARTA---Apakah Anda ikut menguap ketika orang lain menguap? Pernahkan Anda bertanya-tanya mengapa menguap begitu menular?
Uniknya menguap ini nampaknya menyebar. Ada banyak penelitian tentang fenomena yang tidak disengaja ini sehingga kita dapat membuat gambaran yang cukup lengkap tentang mengapa kita menguap ketika kita melihat orang lain menguap.
Menurut peneliti, empati adalah alasan yang paling mungkin. "Seiring bertambahnya usia manusia, kita meningkatkan perkembangan psikososial dan neurologis kita, menganggap orang lain menguap sebagai isyarat bahwa kita juga harus menguap," ungkap Dr Reyan Saghir, MBBS, BSc seperti dilansir dari laman Real Simple, Selasa (31/1/2023).
Dikenal sebagai echophenomena, itu juga telah terjadi pada simpanse, anjing, dan manusia. Ternyata itu wajar saja, otak kita benar-benar terhubung untuk meniru orang-orang di sekitar kita.
"Penelitian telah menunjukkan menguap memicu 'mirror neurons' di girus frontal inferior posterior kanan otak, yang diaktifkan ketika melakukan perilaku yang diarahkan pada tujuan untuk meniru yang sebenarnya, membuat refleks menguap secara fisik tidak mungkin untuk dilawan," tambah dr Saghir.
Perlu dicatat reaksi ini hanya terbatas pada otak yang sudah berkembang sempurna. "Sebagai orang dewasa yang sehat secara mental, perkembangan psikososial kita akan membuat kita menguap ketika orang lain melakukannya. Namun pada individu yang tidak memiliki perkembangan mental yang benar, efek menular dari menguap tidak terlihat," ujarnya.
Misalnya, studi pada anak-anak yang masih mengembangkan mekanisme saraf hanya ditemukan menguap dalam keadaan lelah. Demikian pula pada orang dewasa dengan kondisi seperti autisme atau skizofrenia, di mana perkembangan sosialnya berbeda, menguap tidak dibalas dengan orang yang menguap.
"Misalnya, jika anggota keluarga menguap, Anda lebih cenderung menguap dibandingkan dengan orang asing, ini karena hubungan empatik yang dibuat otak kita sehingga kita lebih berempati dengan orang yang menguap dan ingin mencerminkan tindakan mereka secara tidak sengaja," ungkap dr Saghir.
Berita Terkait
- Menguap Bisa Batalkan Sholat?
- Ini Alasan Kenapa Menguap Bisa Menular, Bahkan Lewat Telepon
- Anjuran Menutup Mulut Saat Menguap
- Perkuat Peran Digital Transformation Enabler, Telkomsel Gelar Enterprise Solution Day
- Brendan Fraser Masuk Nominasi Oscar, Ketiga Anaknya Beri Kejutan