-
Menangi Gugatan Lawan Antam 1,1 Ton Emas, Siapa Budi Said?
42 menit lalu -
Kucurkan Dana Besar, Chelsea Disebut Telah Sepakat Datangkan Raheem Sterling dari Manchester City
26 menit lalu -
Vladimir Putin Diminta Jadi Dewa Penyelamat Sri Lanka
59 menit lalu -
Puluhan Mak-mak di Banyumas Ingin Puan Jadi Presiden 2024, Oh Ini Alasannya
37 menit lalu -
Pemprov DKI Gelar Salat Iduladha di JIS, Warga yang Hadir Wajib Patuhi Imbauan Ini
46 menit lalu -
Shin Tae-yong Beri Kabar Buruk Soal Cedera Marselino Ferdinan
16 menit lalu -
Fadli Zon Peringatkan Sri Mulyani, Rupiah dalam Bahaya
31 menit lalu -
Hoki Membawa Berkah, Zodiak Virgo, Cancer, Capricorn Kian Bahagia
51 menit lalu -
Dishub Kudus Temukan 45 Truk ODOL, Tetapi Tak Ditilang
11 menit lalu -
Amerika Vs China Makin Panas, Indonesia Dorong ASEAN Jadi Peredam
21 menit lalu -
Jelang FIBA Asia Cup 2022, Brandon Jawato Sebut Timnas Basket Indonesia Banyak Belajar dari Kegagalan di Kualifikasi FIBA World Cup 2023
20 menit lalu -
Demokrat Berduka, Anak Buah AHY Tewas Dibacok
11 menit lalu
0
Megawati Angkat Nyepi dan Tri Hita Karana di Forum GPDRR 2022

Menurut Megawati, Nyepi dan Tri Hita Karana merupakan cara hidup yang dianut oleh masyarakat Bali agar selaras dengan alam dan peka terhadap tanda-tanda alam, termasuk di antaranya bencana.
"Bali yang terkenal dengan nama Pulau Dewata punya tradisi spiritual keagamaan dan kebudayaan khas Bali yang tidak sama dengan India, yaitu perayaan yang disebut Nyepi. Melalui Nyepi, masyarakat Bali tidak melakukan apa pun selama 24 jam," kata Megawati dalam sambutan secara daring di hadapan ribuan delegasi asing dari lebih 190 negara.
Megawati, yang merupakan Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menjelaskan Tri Hita Karana merupakan ajaran yang masih diterapkan oleh masyarakat Bali dalam kesehariannya.
"Menurut falsafah ini, kebahagiaan manusia terjadi saat tercipta keseimbangan Sang Pencipta dengan seluruh alam raya dengan sesama manusia, karena itu di Bali alam yang sangat baik, penuh cinta, sebagai kesadaran kesatuan kosmologi kehidupan," kata Megawati.
Ia menambahkan kearifan lokal itu yang perlu dijaga dan menjadi inspirasi bagi semua pihak. Dalam pidatonya, Megawati juga menyoroti bencana ekologis dan krisis akibat perubahan iklim yang keduanya merupakan ancaman bagi kemanusiaan.
Dia menjelaskan upaya menghadapi bencana juga perlu mempertimbangkan aktivitas manusia yang seringkali menjadi penyebab bencana ekologis dan krisis perubahan iklim. Oleh karena itu, Megawati berharap hasil dari rangkaian pertemuan GPDRR 2022 dapat memperkuat kesiapsiagaan dunia dalam menghadapi bencana.
Megawati dalam sambutannya juga mengusulkan agar dunia dapat memperkuat Organisasi Meteorologi Dunia (WMO) dan memperkuat kemitraan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) antarnegara demi meningkatkan kesiapsiagaan global dalam menghadapi bencana. "Perkiraan iklim penting untuk kepentingan pertanian dan mitigasi bencana," kata Megawati.
Rangkaian pertemuan resmi Sesi Ke-7 GPDRR 2022 berakhir pada Jumat (27/5), setelah resmi dibuka oleh Presiden RI Joko Widodo, Rabu (25/5). Forum GPDRR merupakan pertemuan multipihak yang diakui oleh Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk membahas penerapan Kerangka Kerja Sendai.
Kerangka Kerja Sendai/Sendai Framework merupakan kesepakatan pertama yang dibuat pascaagenda pembangunan dunia 2015 yang fokus menggalang komitmen dan aksi global dalam mengurangi risiko bencana. Kesepakatan itu berlaku sejak 2015 dan diharapkan target-targetnya terpenuhi pada 2030. *ant
Sumber: Nusabali
Berita Terkait
Berita Populer Dari Nusabali