-
Jalan Dewi Sri Kuta Diaspal Ulang, Lebih Tinggi
53 menit lalu -
Arus Lalu Lintas Jalan Dewi Sri Kuta Dialihkan, Ada Proyek Jalan
49 menit lalu -
Zelensky: Serangan Balasan Ukraina Akan Berlanjut Sampai Musim Dingin
51 menit lalu -
Gempa M3,9 Guncang Paser Kaltim
51 menit lalu -
10 Pegawai RM Suharti Bandung Jadi Korban Ledakan Tabung Gas
45 menit lalu -
Polda Papua Selidiki Aliran Dana KKB Pimpinan Egianus Kogoya
46 menit lalu -
Plaza Atrium Senen Diijual, Begini Kondisinya Sekarang
35 menit lalu -
Malam Ini, Festival Generasi Happy Hadirkan Najwa Shihab dan Musisi Favorit di Lampung
47 menit lalu -
Mobil Pickup Tabrak Tiga Kendaraan di Simpang Buah Batu Bandung, Pengemudi Tewas Terjepit
27 menit lalu -
Kurir Narkoba Ditangkap di Palembang, 19 Ribu Ekstasi Asal Pekanbaru Disita
24 menit lalu -
Prediksi: Empoli vs Inter Milan
37 menit lalu -
RI Bentuk PalmCo, Kemitraan Perusahaan Sawit dan Petani Bisa Lebih Efisien
20 menit lalu
0
LPS Ungkap 6 BPR

"BPR yang bangkrut rata-rata setiap tahun, dan bukan tahun ini aja, sebelum-sebelum krisis Covid juga rata-rata itu kalau kita lihat 6 BPR jatuh setiap tahun," kata Ketua Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa dalam konferensi pers, Jumat (26/5) seperti dilansir kompas.com.
Oleh sebab itu menurut LPS, penyebab banyaknya BPR di Indonesia yang "gulung tikar" bukan disebabkan oleh kondisi perekonomian nasional.
Namun, lantaran tata kelola bisnis bank yang kurang mumpuni.
"Umumnya karena fraud di BPR tersebut," lanjut Purbaya.
Purbaya menambahkan, dengan melihat data historis tersebut, pada 2023 diperkirakan akan ada 6-7 BPR yang bakal "gulung tikar" atau ajukan kebangkrutan.
"Tapi sampai sekarang masih relatif minimum yang masuk ke kami, ada beberapa tapi dari size dan jumlah belum menunjukkan atau menunjukkan ada perburukan ekonomi," tutur Purbaya.
Walaupun banyak BPR yang bangkrut, tapi LPS menilai ruang tumbuh BPR masih besar. Menurut LPS, saat ini masih banyak masyarakat atau pelaku usaha mikro yang terjerat jebakan rentenir.
Segmen masyarakat tersebutlah yang bisa digarap oleh BPR.
"Kita lihat rentenir masih menguasai ekonomi Indonesia, masih banyak sekali. Artinya selama itu ada, maka BPR masih akan dibutuhkan," ucap Purbaya. 7
Sumber: Nusabali
Berita Terkait
Berita Populer Dari Nusabali