-
Mau Persija Jakarta Tampil Kuat di Liga 1 2022-2023, Thomas Doll Terus Perbaiki Fisik Pemain
38 menit lalu -
AS Roma Juarai Liga Konferensi Eropa 2021-2022, Jose Mourinho Bertahan di Ibu Kota Italia
41 menit lalu -
Ilkay Guendogan: Jerman Bukan Lagi Tim Spesialis Turnamen!
57 menit lalu -
Tiket MXGP Samota Termurah Rp 100.000, Dijual Awal Juni
49 menit lalu -
Respons Partai Anggota KIB Soal Syarat 'Asalkan Capresnya Saya' Ala Cak Imin, PAN Terlucu
45 menit lalu -
Bertemu Ratu Maxima, Menko Airlangga Jelaskan Inklusi Keuangan RI
44 menit lalu -
Thomas Doll Tak Jamin Persija Jakarta Juara Liga 1 2022-2023
33 menit lalu -
Persija Sudah Dapatkan Pengganti Marko Simic, dari Eropa
28 menit lalu -
21 Korban Penembakan Massal di SD Texas Ditembak Mati di Satu Ruang Kelas
56 menit lalu -
Rezky Aditya Ayah Biologis Anak Wenny Ariani, Citra Kirana: Enggak Kaget
54 menit lalu -
Liverpool vs Real Madrid: Carlo Ancelotti Tanggapi Peluang Jadi Pelatih Terbaik di Liga Champions
23 menit lalu -
Mengenal Obat Viradef, Dianggap Ampuh Atasi Hepatitis Akut
51 menit lalu
Limbah Radioaktif Bocor dari Sebuah Kontainer Berkarat di Fukushima
Sebuah alarm berdering serelah material radioaktif bocor dari sebuah kontainer karatan yang menampung limbah terkontaminasi dari bencana nuklir Fukushima silam.
Insiden tersebut terjadi menujukkan bahwa Tokyo Electric Power Co., operator PLTN Fukushima No. 1 masih punya “PR” sebelum penghancuran PLTN itu. Padahal, perusahaan ini masih dibuat pusing terkait apa yang harus mereka lakukan terhadap jutaan ton air terkontaminasi yang disimpan dalam PLTN. Mereka juga memiliki puluh ribuan kontainer berisi limbah radioaktif di tempat itu. Keputusan terkait pemusnahannya belum dibuat, dan kini, kontainer tersebut mulai menunjukkan umur mereka sebenarnya.
Sebelumnya pada awal Mret lalu, pada suatu hari setelah hujan deras alarm, para pekerja di pabrik menanggapi peringatan tentang naiknya tingkat radiasi di selokan drainase. Mereka mengidentifikasi bahan radioaktif tingkat tinggi di dalam air di selokan. Di tanah di dekatnya, mereka menemukan bongkahan seperti gel dari bahan lengket dan kehitaman, dengan panjang 90 sentimeter dan lebar 30 cm. Bongkahan itu memancarkan radiasi.

Para pekerja menyimpulkan bahwa air hujan itu kemungkinan terkontaminasi setelah bersentuhan dengan bongkahan tersebut. Saat air mengalir ke selokan, alarm pun berbunyi.
Pada saat itu, pekerja sedang memindahkan 270 kontainer baja ke lokasi berbeda di pabrik. Sayangnya, salah satu kontainer telah berkarat dan berlubang di bagian bawah.Kontainer itu menampung sekitar 450 kantong penyerap air, selang, dan kain yang digunakan untuk menangani air radioaktif dan masalah lain selama periode turbulen setelah Maret 2011. Para pekerja juga memasukkan limbah ke dalam kontainer, yang ternyata dibiarkan apa adanya.

TEPCO sendiri mengatakan puing-puing akibat kecelakaan, serta alat pelindung yang digunakan dengan radiasi dosis tinggi dan limbah lainnya, telah disimpan di dalam sebuah ruangan di pabrik. Perusahaan tersebut juga mengatakan bahwa barang-barang dengan dosis radiasi rendah telah dibungkus dengan lembaran penyerap atau ditempatkan dalam kontainer dan disimpan.
Saat ini, terdapat 85.469 kontainer serupa di lokasi yang menyimpan limbah radioaktif tingkat rendah. Dari jumlah tersebut, 4.011 kontainer telah terisi sebelum November 2017.
TEPCO mengatakan tidak memiliki catatan rinci tentang isi kontainer ini, kecuali bahwa mereka diberi label "jenis puing, tidak mudah terbakar." Tapi dikatakan telah dipastikan bahwa wadah ini tidak mengandung radiasi dosis tinggi.
Mereka juga mengatakan akan memeriksa kondisi wadah dan mengukur tingkat radiasi seminggu sekali. Namun, perusahaan tidak mendeteksi korosi pada kontainer sampai alarm berbunyi pada bulan Maret.

TEPCO mengatakan mereka akan memeriksa kondisi kontainer serta isinya secara menyeluruh dalam enam bulan ke depan.
“Kami akan membuat penilaian berdasarkan tingkat karat dan mempertimbangkan pemeliharaan dan perbaikan serta pengisian ulang bila karatnya signifikan,” kata seorang perwakilan TEPCO.
Perusahaan juga mengatakan akan memindahkan semua kontainer luar ruangan ke fasilitas khusus baru pada tahun fiskal 2028.

Untuk akumulasi air yang disimpan di pabrik, TEPCO berencana untuk mengolahnya dan melepaskannya ke laut. Sementara itu, terkait puing-puing di dalam kontainer, perusahaan berencana mengurangi jumlahnya menjadi sekitar sepertiga dengan cara membakar, merobek-robek dan menggunakan kembali. Namun belum diputuskan metode pembuangan akhir.
TEPCO memperkirakan bahwa pekerjaan untuk menonaktifkan pembangkit listrik tenaga nuklir itu akan menghasilkan sekitar 780.000 meter kubik limbah yang terkontaminasi, seperti puing-puing dan alat pelindung bekas, sebelum akhir Maret 2032.