-
Selama Ramadhan 2023, ASN Pemprov DKI Kerja hingga Pukul 14.00 WIB
34 menit lalu -
Prediksi Susunan Pemain Timnas Indonesia vs Burundi di FIFA Matchday Maret 2023
55 menit lalu -
Buruh Bangunan Ajak Pacar Curi Ponsel
50 menit lalu -
ASPIMTEL pilih pengurus baru periode 2023-2026
17 menit lalu -
Kylian Mbappe Ditunjuk Jadi Pengganti Hugo Lloris
50 menit lalu -
Perang Irak, Benarkah Saddam Hussein Punya Senjata Pemusnah Massal?
51 menit lalu -
Terpilih Lagi Jadi Gubernur BI, Perry Warjiyo: Terima Kasih Pak Presiden
48 menit lalu -
Strategi Sarwo Edhie Wibowo saat Pepera 1969
14 menit lalu -
IHSG Diprediksi Bergerak 2 Arah pada Level 6.600-6.712
31 menit lalu -
Isi Chat Terakhir Pitha Haningtyas dengan sang Kekasih Syabda Perkasa Sebelum Meninggal Dunia, Bikin Haru!
28 menit lalu -
Senderan SDN 3 Kekeran Jebol
50 menit lalu -
Menggila di Musim 2022-2023, Erling Haaland Disebut Bisa Setara dengan Lionel Messi hingga Cristiano Ronaldo!
39 menit lalu
Limbah Radioaktif Bocor dari Sebuah Kontainer Berkarat di Fukushima
Sebuah alarm berdering serelah material radioaktif bocor dari sebuah kontainer karatan yang menampung limbah terkontaminasi dari bencana nuklir Fukushima silam.
Insiden tersebut terjadi menujukkan bahwa Tokyo Electric Power Co., operator PLTN Fukushima No. 1 masih punya “PR” sebelum penghancuran PLTN itu. Padahal, perusahaan ini masih dibuat pusing terkait apa yang harus mereka lakukan terhadap jutaan ton air terkontaminasi yang disimpan dalam PLTN. Mereka juga memiliki puluh ribuan kontainer berisi limbah radioaktif di tempat itu. Keputusan terkait pemusnahannya belum dibuat, dan kini, kontainer tersebut mulai menunjukkan umur mereka sebenarnya.
Sebelumnya pada awal Mret lalu, pada suatu hari setelah hujan deras alarm, para pekerja di pabrik menanggapi peringatan tentang naiknya tingkat radiasi di selokan drainase. Mereka mengidentifikasi bahan radioaktif tingkat tinggi di dalam air di selokan. Di tanah di dekatnya, mereka menemukan bongkahan seperti gel dari bahan lengket dan kehitaman, dengan panjang 90 sentimeter dan lebar 30 cm. Bongkahan itu memancarkan radiasi.

Para pekerja menyimpulkan bahwa air hujan itu kemungkinan terkontaminasi setelah bersentuhan dengan bongkahan tersebut. Saat air mengalir ke selokan, alarm pun berbunyi.
Pada saat itu, pekerja sedang memindahkan 270 kontainer baja ke lokasi berbeda di pabrik. Sayangnya, salah satu kontainer telah berkarat dan berlubang di bagian bawah.Kontainer itu menampung sekitar 450 kantong penyerap air, selang, dan kain yang digunakan untuk menangani air radioaktif dan masalah lain selama periode turbulen setelah Maret 2011. Para pekerja juga memasukkan limbah ke dalam kontainer, yang ternyata dibiarkan apa adanya.

TEPCO sendiri mengatakan puing-puing akibat kecelakaan, serta alat pelindung yang digunakan dengan radiasi dosis tinggi dan limbah lainnya, telah disimpan di dalam sebuah ruangan di pabrik. Perusahaan tersebut juga mengatakan bahwa barang-barang dengan dosis radiasi rendah telah dibungkus dengan lembaran penyerap atau ditempatkan dalam kontainer dan disimpan.
Saat ini, terdapat 85.469 kontainer serupa di lokasi yang menyimpan limbah radioaktif tingkat rendah. Dari jumlah tersebut, 4.011 kontainer telah terisi sebelum November 2017.
TEPCO mengatakan tidak memiliki catatan rinci tentang isi kontainer ini, kecuali bahwa mereka diberi label "jenis puing, tidak mudah terbakar." Tapi dikatakan telah dipastikan bahwa wadah ini tidak mengandung radiasi dosis tinggi.
Mereka juga mengatakan akan memeriksa kondisi wadah dan mengukur tingkat radiasi seminggu sekali. Namun, perusahaan tidak mendeteksi korosi pada kontainer sampai alarm berbunyi pada bulan Maret.

TEPCO mengatakan mereka akan memeriksa kondisi kontainer serta isinya secara menyeluruh dalam enam bulan ke depan.
“Kami akan membuat penilaian berdasarkan tingkat karat dan mempertimbangkan pemeliharaan dan perbaikan serta pengisian ulang bila karatnya signifikan,” kata seorang perwakilan TEPCO.
Perusahaan juga mengatakan akan memindahkan semua kontainer luar ruangan ke fasilitas khusus baru pada tahun fiskal 2028.

Untuk akumulasi air yang disimpan di pabrik, TEPCO berencana untuk mengolahnya dan melepaskannya ke laut. Sementara itu, terkait puing-puing di dalam kontainer, perusahaan berencana mengurangi jumlahnya menjadi sekitar sepertiga dengan cara membakar, merobek-robek dan menggunakan kembali. Namun belum diputuskan metode pembuangan akhir.
TEPCO memperkirakan bahwa pekerjaan untuk menonaktifkan pembangkit listrik tenaga nuklir itu akan menghasilkan sekitar 780.000 meter kubik limbah yang terkontaminasi, seperti puing-puing dan alat pelindung bekas, sebelum akhir Maret 2032.