-
Marselino Ferdinan Debut sebagai Starter, KMSK Deinze Menang Telak 5-0
57 menit lalu -
Dua ASN Pemprov Kepri Ditangkap Polisi, Salah Satunya Ternyata Anak Mantan Gubernur
53 menit lalu -
Danlantamal IX Gelar Syukuran dan Tradisi Kenaikan Pangkat Prajurit dan PNS
40 menit lalu -
PSS Datang Bertamu, Pelatih PSIS: Ini Peluang Kami Meraih Tiga Poin
44 menit lalu -
Indonesia Disebut Terancam Bakal Kehilangan 39 Medali Emas di SEA Games 2023, Ketua KOI Enggan Pesimis
32 menit lalu -
Penahanan Pendiri KSP Indosurya Hambat Proses Homologasi
45 menit lalu -
Hasil Kualifikasi MotoGP Argentina: Alex Marquez Mengejutkan
57 menit lalu -
Badaruddin Hilang Terseret Arus Sungai Ameroro Konawe
46 menit lalu -
Anak Yatim di Kalsel Mencapai 15 Ribu, Mohon jadi Perhatian
20 menit lalu -
Mak Ganjar Dukung Kemajuan Usaha Kue Kering di Kabupaten Gresik
48 menit lalu -
Profil Gianni Infantino, Bos Besar FIFA yang Putuskan Indonesia Batal jadi Tuan Rumah Piala Dunia U-20
32 menit lalu -
Kendaraan Pengangkut Barang Dilarang Beroperasi di Pekanbaru, Ini Alasannya
25 menit lalu
0
Komunitas Biopori Pasang 5.000 Lebih Biopori

Mereka membuat lubang biopori di rumah-rumah warga hingga tempat suci atau pura. Lubang biopori berfungsi menyerap air hujan dan menampung sampah organik.
Penggagas gerakan biopori, Wayan Sudiarta mengatakan, gerakan biopori merupakan kesadaran lingkungan untuk mengurangi air hujan dan mengolah sampah rumah tangga menjadi kompos. Di Tahun 2023 ini Komunitas Biopori Bersahaja berusaha mengajak para pemuda mengikuti gerakan pemasangan biopori agar jadi gerakan massif di seluruh Bali. Menurut Wayan Sudiarta, gerakan biopori ini belum menyentuh Karangasem dan Jembrana. "Pelan-pelan kami akan ajak teman di Jembrana dan Karangasem. Kami latih sehari dan pasti bisa," ungkapnya, Selasa (31/1).
Gerakan biopori di Denpasar, Badung, dan Gianyar sudah sampai ke desa-desa. Bahkan pemasangan biopori sampai di areal tempat suci, seperti di wilayah Mengwi. Hanya saja untuk di Kabupaten Buleleng, gerakan ini mandeg akibat minimnya sosialisasi. Wayan Sudiarta mengatakan, beberapa kantor pemerintah sudah memasang biopori hanya saja efektivitasnya masih rendah. Pemukiman padat seperti di BTN dengan 3 biopori kecil sudah cukup menanggulangi limbah air. "Sesungguhnya ini murah, dengan tiga biopori kecil dan uang pengganti Rp 150 ribu sudah dipastikan punya biopori," bebernya.
Jika ingin memasang 3 biopori ukuran lebih besar cukup merogoh kocek Rp 180.000. "Ini bukan jual beli, ini adalah uang ganti produksi biopori dan pemasangan," jelas Wayan Sudiarta. Jika ingin menangani sampah organik di rumah tangga, setidaknya perlu 10-15 lubang biopori. "Sampah organik dicacah kecil masukkan ke biopori," sarannya. Pemasangan biopori tidak boleh sembarangan, harus mencari titik tangkap air dan lahan bukan bekas urugan. "Sebelum memasang biopori, kami survei dulu agar biopori menjadi efektif," jelas Wayan Sudiarta. *nvi
Sumber: Nusabali
Berita Terkait
Berita Populer Dari Nusabali