-
Punya Gaji Rp2,8 Miliar per Pekan, Sadio Mane Tak Segan Bersihkan Toilet Masjid
26 menit lalu -
RUU Pemilu Dinilai Belum Tegas Atur Kewenangan Penyelenggara
59 menit lalu -
Awalnya Malu, Georgina Rodriguez Ketagihan Olahraga Bareng Cristiano Ronaldo
28 menit lalu -
Prajurit TNI Korban Penembakan di Papua, Praka Dedi Dimakamkan di Lombok Tengah
54 menit lalu -
Waspada Korsleting Listrik, Ini Imbauan PLN
52 menit lalu -
Dokter Meninggal Usai Divaksin Corona? Ini Faktanya
29 menit lalu -
Demo Tolak Jam Malam di Belanda Rusuh, Lebih 100 Orang Ditahan
27 menit lalu -
46.254 Pasien Covid-19 di Wisma Atlet Sembuh
19 menit lalu -
Remaja Usia 16-18 Tahun Masuk Program Vaksinasi Covid-19 di Israel
40 menit lalu -
Diprotes Netizen Karena Mengaku Ustaz, Aldi Taher Merespons Begini
46 menit lalu -
UFC 257, Segini Uang Hadiah yang Dikantongi Poirier dan McGregor
37 menit lalu -
Peduli Setan Kalah, McGregor Raih Rp280 Miliar Usai Lawan Poirier
31 menit lalu
Kisah Mualaf: Kelly di Umur 13 Tahun Mencari Kebenaran Agama

ALEXANDRIA -- Natassia M Kelly awalnya seorang kristiani yang rajin ke gereja dan pergi ke sekolah Alkitab. Meski demikian, di balik kesehariannya itu ia merasa agama tidak pernah menjadi bagian besar dalam hidupnya.
Saat berdoa, meminta bimbingan dan kekuatan di masa ia putus asa, ia merasa dekat dengan Tuhannya. Namun, rasa itu menguap dan hilang ketika ia tak lagi menginginkan sesuatu.
Di dunia ini, ia meyakini Tuhan diperlukan untuk membawa ketertiban atas dunia yang kacau balau. Jika tidak ada Tuhan, dunia akan kacau dan habis ribuan tahun yang lalu. Meski ia percaya kepada Tuhan, Kelly menyebut dirinya kurang iman.
Saat menginjak umur 12 tahun, ia mulai mendalami pemikiran tentang spiritualitasnya. Ia menyadari ada kehampaan dalam hidupnya di mana iman itu seharusnya berada. Secara perlahan, Kelly mulai mencari tahu siapa Tuhan itu.
Dalam buku English Stories of New Muslim, ia menyebut pernah bertanya kepada ibunya kepada siapa ia seharusnya berdoa, apakah Tuhan atau Yesus. Sang ibu lantas menjawab ia seharusnya berdoa kepada Yesus.
Di lain kesempatan ia kerap berdebat dengan teman-temannya tentang Protestan, Katolik, dan Yudaisme. Melalui perdebatan ini, ia semakin ingin mencari dan mengisi kekosongan yang ada di hatinya. Puncaknya, di usia 13 tahun ia mulai mencari kebenaran.
Perdebatan dan obrolan tentang Tuhan terus ia lakukan sembari lebih banyak membaca Alkitab. Namun, ia tidak merasa melangkah lebih jauh dari posisi semula.
Pengetahuan yang ia dapat kerap ia bagikan dengan keluarga. Kelly banyak belajar tentang keyakinan, praktik, doktrin agama Kristen hingga keyakinan serta praktik minimal Yudaisme.
Beberapa bulan kemudian, ia menyadari jika ia percaya pada agama Kristen dan percaya akan adanya hukuman di neraka. Menurut ucapan salah satu pendeta yang sempat ia dengar, ia akan tetap menuju neraka bahkan tanpa mempertimbangkan dosa atau perlakuan yang ia lakukan di masa lalu.
Mengetahui hal ini, Kelly semakin merasa ketakutan dan tidak nyaman. Ia sering mengalami mimpi buruk dan merasa sendirian di dunia yang luas ini. Pertanyaan yang bersarang di kepalanya tentang agama yang ia anut semakin bertambah tanpa benar-benar mendapat jawaban yang memuaskan.
Berita Terkait
- Kisah Mualaf: Aktivis Gereja yang Memilih Islam
- Bagaimana Hukum Menggunakan Menstrual Cup?
- Cara Macron Tangani Muslim dan Hitler Tangani Yahudi
- Porsche Taycan Masuk Rekor Guinness untuk Drift Terpanjang
- Kim Jong-un Dsebut Paranoid Covid, Lakukan Hal tak Rasional