-
Siap Menggila di Liga 1 2023-2024, Gustavo Almeida Punya Target Besar Bersama Arema FC
35 minutes ago -
GBB Bentuk Tim Pemenangan Ganjar pada 38 Perusahaan di Banten
56 minutes ago -
Pebulu Tangkis Cantik asal Jepang Chiharu Shida Lebih Pilih Korbankan Thailand Open 2023 demi Tampil di Indonesia Open 2023
45 minutes ago -
Pesan Penting Kapolri di Rakernis Divhubinter, Singgung Soal Perdagangan Orang
49 minutes ago -
Cuma Pakai Bra, Gaya Cassandre Lee Pamer Body Goals di Tengah Alang-Alang Bikin Salfok!
45 minutes ago -
Beri Kode ke Barcelona, Xavi Hernandez Beberkan Kriteria Pengganti Sergio Busquets
44 minutes ago -
KPK Usut Dugaan Pencucian Uang Eks Kepala Bea Cukai Makassar Andhi Pramono
45 minutes ago -
Hadiri Rapimnas GPK PPP, Sandiaga Uno Minta Para Kader Ingat Tiga G Plus Satu
43 minutes ago -
Achsanul Qosasi Kritik Format Liga Indonesia 2023/24
15 minutes ago
Kisah Bupati Dihukum Mati Adipati Pasuruan Usai Kalah Duel Melawan Panembahan Senopati
PANEMBAHAN Senopati raja pertama Kerajaan Mataram Islam terus berusaha memperluas wilayah kekuasaannya. Ekspansi pun dilakukan menuju wilayah timur dari Mataram. Setelah wilayah Madiun, Mataram berusaha memperluas wilayahnya ke Pasuruan.
Mendengar rencana Panembahan Senopati, Adipati Pasuruan memutuskan hendak menyerah dan bersedia menyerahkan upeti. Tetapi bawahannya sebagaimana sumber Babad Tanah Djawi yang dikutip dari "Awal Kebangkitan Mataram : Masa Pemerintahan Senapati", tulisan De Graaf, Bupati Kinten berniat mengadakan perang tanding dengan Senopati, niatnya pun mendapat persetujuan.
Mendengar kabar itu, Senopati berangkat dari pesanggerahannya untuk menghadapi Ki Kinten. Sang penguasa Mataram itu menunggangi kuda dan berpakaian biru tua, bersama 40 orang prajurit numbak cemeng, atau ahli tombak yang juga berpakaian biru tua.
Awalnya, Panembahan Senopati hanya berpura-pura sebagai pemimpin pasukan penombak itu. Selanjutnya, pertarungan pun dimulai, disaksikan oleh para pengiring yang bersorak-sorai. Setelah berdoa kepada Allah, Senopati dapat melukai lutut musuhnya sehingga terlempar dari pelana dan jatuh pingsan.
Ki Kaniten kemudian dinaikkan di atas seekor kuda betina yang pincang tanpa pelana, dengan tambang tebal sebagai kekang, dan dikirimkan kembali kepada gustinya di Pasuruan, diantar oleh 40 prajurit numbak cemeng.