-
Review Film Losmen Melati, Penginapan Terkutuk yang Membuat Tamu Tak Bisa Keluar Lagi
53 menit lalu -
Emile Smith Rowe Berharap Lebih Sering Dimainkan
46 menit lalu -
Gibran Menanti Keputusan FIFA dan PSSI soal Piala Dunia U-20 2023
37 menit lalu -
8 Arti Mimpi Jatuh, Salah Satunya Tanda Kehilangan Kendali!
47 menit lalu -
Kisah Mualaf Thomas Partey, Gelandang Andalan Arsenal yang Putuskan Peluk Agama Islam demi Nikahi sang Kekasih
33 menit lalu -
Mateo Retegui Dilirik Klub Besar Eropa, Sang Ayah Buka Suara
25 menit lalu -
Marius Wolf Berhasil Puaskan Hansi Flick
22 menit lalu
Instruksi Kapolri tak Digubris, Anggota Polisi Terus Saja Bermasalah

JAKARTA -- Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo telah menginstruksikan jajarannya agar terus bebenah dan mengevaluasi diri. Instruksi itu disampaikan berulangkali menyusul kasus pembunuhan Brigadir J oleh Ferdy Sambo yang membuat kepercayan masyarakat terhadap Polri menjadi anjlok.
Sayangnya meski instruksi itu terus digulirkan, tapi tetap saja ada permasalahan yang mencoreng institusi tersebut. Dari mulai polisi jual narkoba, main judi online, kasus Hasya yang ditetapkan tersangka meski sudah meninggal, hingga anggota Densus yang terlibat perampokan dan pembunuhan. Belum lagi masalah Kompol D yang disebut punya istri siri dengan 'bawaan' mobil audi.
Pengamat kepolisian dari Institute for Security and Strategic Studies (ISESS) Bambang Rukminto menilai reformasi di tubuh Polri harus segera dilakukan. Menurutnya, rentetan kasus para personelnya yang mencoreng Polri ini menunjukkan perlu evaluasi mendasar di institusi tersebut.
"Sebuah perombakan tentu bukan hanya pernyataan, kalau sampai sekarang kultur dan perilaku kepolisian masih belum sesuai harapan reformasi 1998, tentunya harus ada evaluasi yang mendasar pada institusi ini," ujar Bambang kepada Republika.co.id, Rabu (8/2/2023).
Menurut Bambang, dengan banyak kasus selama ini dan melibatkan banyak personel, lintas satuan, berbagai jenjang kepangkatan sangat naif bila hanya menyebut bahwa itu hanya perilaku oknum ansich.
Karena itu, ia menilai kejadian-kejadian yang terulang mengindikasikan organisasi Polri tidak membuat sistem yang bagus untuk memastikan oknum-oknum itu bertindak sesuai aturan, norma dan hukum.
Untuk itu, dia mendorong agar reformasi Polri ini benar-benar dilakukan secara konkret meliputi perbaikan sistem dan struktur di kepolisian. "Tetapi langkah-langka yang konkrit untuk memperbaiki sistem dengan mengubah struktur, instrumen-instrumen yang pada akhirnya juga akan mengubah kultur menuju organisasi kepolisian profesional yang diharapkan masyarakat," ujarnya.
Pengamat hukum dan politik dari UIN Sunan Kalijaga, Gugun El Guyanie menilai, kasus anggota Densus 88 yang membunuh dengan motif ekonomi seharusnya menjadi momentum penting melakukan reformasi. Tidak cuma bagi Densus 88, tapi bagi Polri.
Apalagi, ia menekankan, Densus 88 menjadi satuan elite kontra terorisme. Yang mana, merupakan pasukan utama untuk menjaga keselamatan dan kedaulatan bangsa. Karenanya, akan menjadi sulit jika anggota-anggota Densus justru bermasalah.
Mulai dari memiliki latar belakang ekonomi yang rawan, bahkan menjadikannya berbuat kriminal, menipu, terlibat judi daring dan tindak kriminal lain. Ia menegaskan, reformasi kepolisian merupakan sesuatu yang harus terus disuarakan.
"Mengingat kualitas anggota polisi yang bermasalah secara moral, tidak berintegritas, semuanya berpengaruh kepada penegakan hukum," kata Gugun kepada Republika, Rabu (8/2/2022).
Berita Terkait
- Anggota Densus 88 Tersangka Pembunuh Sopir Taksi Terancam Dipecat
- Kasus Oknum Densus, DPR Puji Respons Cepat dan Ketegasan Polisi
- Anggota Densus Terlibat Pembunuhan, Pengamat: Momentum Reformasi Polri
- Satpol PP Gerebek Empat Pasangan Prostitusi di Rusun Bogor
- Puncak Satu Abad NU, Pemprov Jatim Gelar Operasi Pasar Beras Murah