-
Fadli Zon Prihatin dengan Ancaman Kriminalisasi Terhadap Rocky Gerung
6 jam lalu -
Bukan Cuma Tesla Cybertruck, Ini Jajaran Double Cabin Listrik Amerika Bergaya Nyeleneh
19 jam lalu -
Toyota Raize Sangat Digandrungi, Kantongi Pemesanan Hingga Puluhan Ribu Unit
19 jam lalu -
Jovee Permudah Akses pada Suplemen Kesehatan Berharga Terjangkau
21 jam lalu -
IMF Beri Pinjaman Rp 3,4 Triliun kepada Angola
19 jam lalu -
Nissan GT-R50 Edisi Terbatas Siap Diproduksi, Harganya Rp 15 Miliaran
19 jam lalu -
Sebelum Beli, Cek Biaya Servis Rutin Wuling Confero S
19 jam lalu -
Siap-siap, Babak Final Brio Saturday Night Challenge 2019 Digelar Besok
19 jam lalu -
Seri Pamungkas Indonesia CBR Race Day Dihelat Akhir Pekan Ini
19 jam lalu -
Husqvarna Norden 901 Masuk Jalur Produksi
19 jam lalu -
MV Agusta Siapkan Motor 350 cc, Harganya Cuma Rp 100 jutaan
19 jam lalu -
Cargloss Helm Spesial Hijabers, Harganya Cuma Rp 275 Ribu
19 jam lalu
Ini manfaat radio maritim bagi nelayan

JAKARTA (IndoTelko) - Pemanfaatan radio maritim bisa melindungi para nelayan dari terjadinya bencana saat tengah melaut.
Direktur Operasi Sumber Daya Ditjen Sumber Daya dan Perangkat Pos dan Informatika Kominfo, Dwi Handoko menyatakan manfaat lain adalah mendukung komunikasi antarnelayan tanpa mengganggu layanan telekomunikasi lain, seperti penerbangan.
"Ada dua manfaat. Pertama, untuk bagaimana nelayan melindung diri sendiri di laut dengan berkomunikasi secara benar apabila terjadi bencana atau bahaya. Kedua, bagaimana agar nelayan dalam berkomunikasi tidak mengganggu jalur komunikasi lain, seperti misalnya penerbangan. Dalam berkomunikasi menggunakan frekuensi radio harus secara benar sesuai aturan, agar tidak saling mengganggu," jelasnya saat memberikan sambutan dalam Maritime on the Spot (MOTS) di Pelabuhan Perikanan Untia, Makassar, Sulawesi Selatan, belum lama ini.
Kegiatan di Makassar merupakan bagian dari pilot project MOTS di delapan pelabuhan pada 2019. Rencananya, Kominfo bersama Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencanangkan Gerakan Nelayan Sadar Frekuensi Radio hingga 20 pelabuhan di 20 provinsi pada tahun 2020.
Diungkapkannya, ada tantangan cukup besar dalam mendorong nelayan untuk menggunakan frekuensi radio dengan benar. Selain banyaknya jumlah nelayan sesuai dengan data dari KKP juga membutuhkan gerakan yang massif.
"Dari KKP menyebutkan empat ratus ribu lebih kapal nelayan (ukuran di bawah 60 GT). Diperlukan gerakan secara masif dalam sosialisasi untuk mendidik nelayan menggunakan frekuensi dengan benar. Gerakan ini harus menyebar dan dapat diselesaikan dengan lancar," papar Dwi Handoko.(wn)