-
DPR Minta Kasus Penganiayaan terhadap Perawat Diusut Tuntas
44 menit lalu -
Kemenristek Dilebur dan Bukan Kemkominfo, Jokowi Disorot Tajam
54 menit lalu -
Drone Footage Shows Overcrowded Delhi Cemetery
59 menit lalu -
5 Pose Seksi Desire Cordero, Perempuan yang Kabarnya Pernah Manfaatkan Cristiano Ronaldo
47 menit lalu -
DD Tekno dan K3I Hadirkan Ambulans Gratis Bagi Warga Bogor
34 menit lalu -
Bobby Ngaku Sudah Tahu Disebut Wali Kota Serasa Presiden
29 menit lalu -
Meski Valentino Rossi Mulai Meredup, Joan Mir Tetap Anggap The Doctor Idola
10 menit lalu -
Gerakan Pakai Produk Buatan Indonesia Didukung
28 menit lalu -
Hamdalah, Kondisi Kesehatan Amsakar Achmad sudah Membaik
38 menit lalu -
Cantiknya Anggi Idol dengan Dress Nude, Gak Mirip Gadis 19 Tahun
13 menit lalu -
Guitarist Is First Suspect to Plead Guilty in Capitol Riot
34 menit lalu -
NATO Slams Russian Plan to Block Parts of Black Sea
25 menit lalu
Indeks Kasus Stunting Indonesia Membaik, Kemenkes: Asupan Gizi Masyarakat Meningkat

JAKARTA - Permasalahan gizi di Indonesia semakin membaik. Berdasarkan hasil Riskesdas 2018, prevalensi balita kurang gizi, stunting, dan gizi menurun dibandingkan tahun 2013.
Meski demikian, terdapat masalah gizi kurang, dan muncul masalah gizi lebih sehingga menempatkan Indonesia pada negara dengan kondisi masalah gizi ganda atau double burden masalah gizi.
Kekurangan gizi di usia remaja juga masih terjadi. Diantaranya anemia. Padahal kekuarangan gizi di usia remaja berdampak jangka pendek di kehidupan sehari hari remaja dalam belajar dan beraktivitas, dan dampak jangka panjang pada masa kehidupan dan generasi selanjutnya.
Direktur Gizi Masyarakat Kementerian Kesehatan RI, DR Dhian P Dipo MA mengatakan, upaya mencegah anemia erat kaitannya dengan asupan makanan yang dikonsumsi setiap hari. Data Susenas pada 2015 hingga 2019 memperlihatkan perbaikan pola konsumsi penduduk, di mana terdapat peningkatan asupan energi dan protein masyarakat.
Secara nasional rata-rata konsumsi energi dan protein sudah di atas standar kecukupan gizi. Namun demikian, perbaikan pola konsumsi harian masih perlu ditingkatkan ke arah yang lebih baik, di mana kecenderungan mengonsumsi makanan berisiko kesehatan seperti makanan tinggi gula, garam dan lemak meningkat, serta hanya 1 dari 10 orang penduduk Indonesia yang cukup konsumsi sayur dan buahnya.
"Buah dan sayur memberikan sumbangan vitamin dan mineral yang penting untuk kelancaran fungsi tubuh, menjaga imunitas dan tentunya juga menjaga tubuh tetap sehat bebas anemia. Kondisi ini memperlihatkan bahwa konsumsi harian kita masih belum bergizi seimbang," kata Dhian dalam Webinar dengan tema "Remaja Sehat Bebas Anemia 'Cermati pilihan panganmu untuk penuhi gizi seimbangmu" dalam rangka Hari Gizi Nasional (HGN) ke-61, Jumat (26/2/2021).
Dhian menambahkan, konsumsi gizi seimbang yang divisualisasikan dengan isi piringku setiap kali makan bila diterapkan dengan benar dapat memenuhi kebutuhan untuk hidup sehat. Konsumsi gizi seimbang dengan minum tablet tambah darah (TTD) 1 kali seminggu terutama pada remaja puteri dapat mencegah terjadinya anemia.
Menurut Dhian, saat ini masih terdapat tantangan terkait pola konsumsi masyarakat. Namun, sudah banyak potensi baik yang sudah dan terus dijalankan para remaja melalui pendidikan program gizi di sekolah dan di masyarakat.
"Saya sangat mengapresiasi kegiatan para remaja yang berkontribusi untuk perbaikan gizinya. Pengetahuan dan aktivitas baik ini semoga dapat dapat ditularkan kepada keluarga, teman dan masyarakat, demi terciptanya generasi Indonesia bebas masalah gizi dan maju," ujarnya.
Perekayasa Pusat Teknologi Agroindustri Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Dr Noer Laily menyatakan, remaja mengalami masalah gizi mikronutrien karena sejumlah faktor. Faktor tersebut adalah kesadaran akan pemenuhan gizi pada remaja putri masih kurang, kesadaran untuk mengadopsi pola makanan gizi seimbang masih kurang, masih rendahnya konsumsi buah dan sayur, belum terpenuhinya kecukupan protein hewani, dan kurang aktivitas fisik.