-
1 Janji Tyrell Malacia Selama Berseragam Manchester United
43 menit lalu -
Ini Cara Menghilangkan Bopeng Bekas Jerawat yang Membandel
26 menit lalu -
Mulai Sekarang Batasi Makan Daging, Sebegini Porsinya Per Hari
26 menit lalu -
BPIP Minta ASN Aplikasikan Nilai Pancasila sebagai Prinsip Dasar
24 menit lalu -
Apple Punya Teknologi Layar iPhone Tahan Air
51 menit lalu -
Miliki Dosen Praktisi SeorangMenpora, Rektor Unnes: Kami Sangat Bersyukur dan Bangga
40 menit lalu -
3 Camilan untuk Diet yang Jarang Anda Ketahui
26 menit lalu -
Pesan Khusus Menteri Nadiem untuk Alumni MBKM, Mahasiswa Perlu Tahu
13 menit lalu -
Kebijakan Transformasi Erick Thohir di BUMN Dinilai Tepat
32 menit lalu -
Jordi Amat ke Johor Darul Takzim, La Grande Sampaikan Hal Penting
36 menit lalu -
Apresiasi Program Subsidi Tepat Sasaran, Organda Manado: Sopir Angkot Dapat Perlindungan Penerima Hak Subsidi
30 menit lalu -
Timnas Cricket Putri U-19 Indonesia Catat Sejarah, Lolos ke World Cup 2023
28 menit lalu
Harus Hati-Hati Mengeluarkan Fatwa, TGB: Obat Saja Harus Ada BBPOM

KEBUMEN - Kontribusi alumni Universitas Al Azhar di tengah bangsa cukup strategis. Ketua Organisasi Internasional Alumni Al Azhar (OIAA) Indonesia TGB HM Zainul Majdi dalam silaturahim dengan OIAA Jawa Tengah (Jateng) di Kabupaten Kebumen menyinggung soal orang yang mudah mengeluarkan fatwa.
"Obat saja ada BPPOM (pengawas obat). Mana obat yang boleh dan tak boleh ditarik dari pasaran. Kalau alumni (Al Azhar) yang bicara bisa lebih diterima," katanya, Minggu (15/5/2022) di Pondok Pesantren Al Istiqomah (Yapika).
Ketua Umum PB Nahdlatul Wathan Diniyyah Islamiyah (NWDI) ini pun mendukung bila kemudian pemerintah mengeluarkan regulasi terkait dengan sertifikasi penceramah. Alumni Al Azhar diminta konsisten mengingatkan bila ada fatwa yang memicu perpecahan dan membuat satu sama lain menjauh.
"Kalau yang disampaikan oleh pemerintah mendapat penolakan. Maka tugas kita menjelaskan ke publik, karena akan lebih bisa diterima," sambungnya.
Baca juga: Cerita Warga Berau Menunggu Kedatangan TGB Selama 9 Tahun
TGB menyebut, tentang dorongan untuk terus membaca kitab dan menyuarakannya, harus pula disesuaikan dengan kondisi. Tak serta-merta segala hal yang tertuang di dalam kitab kemudian difatwakan.
Dicontohkan, ketika ada ulama di Timur Tengah menulis kitab, mengkritik individu atau kelompok yang memojokkan Islam, fatwa yang disampaikan oleh ulama ini keras dan lugas terhadap para pencaci Islam.
"Fatwa ulama yang keras ini kemudian difatwakan di Indonesia jelas tak tepat. Karena ada di dalam situasi negara yang damai. Ini memberikan fatwa tanpa melihat konteks, ini tak tepat," urainya.
Terakhir, peraih Bintang Mahaputra Utama ini menegaskan terkait pemikiran ekstrem yang muncul di tengah masyarakat. Ulama di Univeristas Al Azhar telah memberi contoh cara memberikan respons dan mereduksi pemikiran ini.
"Alumni Universitas Al Azhar harus mempereteli pemikiran ekstrem yang tumbuh dan berkembang di sekitar kita," tegasnya.