-
Bali United dan Persipura Tak Dapat Prioritas Vaksin Meski Main di Asia?
47 menit lalu -
Chiellini Ungkap Kekhawatiran Jelang Juventus vs Napoli
58 menit lalu -
Kondisi Politik Demokrasi Malaysia Keruh di Tengah Tantangan Menghadapi Pandemi Covid-19
56 menit lalu -
Lenovo Pimpin Penjualan PC Global di 2020
48 menit lalu -
Ada Dugaan Korupsi Dana Investasi, Begini Tanggapan Manajemen BPJS Ketenagakerjaan
46 menit lalu -
Pukul Pemain Bilbao, Lionel Messi Resmi Hanya Dihukum Dua Laga
30 menit lalu -
SAR Gabungan Kumpulkan 14 Kantong Jenazah Korban Sriwijaya
33 menit lalu -
Liga Inggris: Frank Lampard Anti Baper, Tak Mau Menangisi Keterpurukan Chelsea
52 menit lalu -
Prediksi: Udinese vs Atalanta
40 menit lalu -
Pascabanjir Bandang, Ketinggian Air Bendung Katulampa 30 Cm
56 menit lalu -
Pelatih Persib Sarankan PT LIB Gelar Liga 1 Ikuti Periode Kompetisi Eropa
37 menit lalu -
Raih 3 Penghargaan, Elnusa Buktikan Eksistensi di Tengah Pandemi
25 menit lalu
0
Gun Gun Pamerkan 200 Kartun tentang Jokowi

Itulah yang dilakukan oleh kartunis senior Bali, I Wayan Gunasta alias Gun Gun, yang sejak tahun 2014 saat Presiden Joko Widodo pertama kali menjabat hingga kini, telah menghasilkan 200 karya kartun tentang Jokowi. Karyanya pun ditampilkan dalam pameran bertajuk '200 Kartun Jokowi di Mata Saya' di Wartam Art Space, Jalan Nangka Selatan Nomor 29 A Denpasar, mulai Selasa (10/12).
"Jokowi yang saya lihat adalah garis yang sederhana, linear tapi maknanya tersier. Banyak penafsiran yang harus dibaca, yang tidak bisa dibaca oleh banyak orang. Kesederhanaannya ada, tapi saat dia mengambil keputusan, yang orang-orang tidak bisa putuskan, dia putuskan," ungkapnya.
Dia menampik bahwa sedang mengagungkan sosok Jokowi. Sebab dunia kartunis, kata dia, hanya berpihak pada kebenaran umum, bukan kepada politiknya. Kartunis membaca dan menafsirkan pikiran orang, kemudian menggambarkannya sebagai gambar yang kritis. Tidak saja sekedar menjadikannya lucu, tapi di sisi lain menjadi bentuk penyampaian sebuah perasaan, seperti orang memarahi tapi membuat sakit, mencibir tapi mentertawakan. Inilah yang menjadi kelebihan kartunis.
Pada bagian lain, Gun Gun menggambarkan Jokowi si Bhineka Tunggal Ika. Jokowi memberikan peluang masuknya pakaian adat Nusantara saat peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI. Meski sedang melihat ketokohannya, dalam kartun dia juga mengkritisi apa yang dilakukan Jokowi. "Saya batasi tema kartun ini 'Jokowi di Mata Saya', berarti pandangan saya terhadap Jokowi. Buat saya, Jokowi presiden pertama yang mengucapkan Om Swastiastu dalam pidato kenegaraannya. Sebagai Hindu, saya suka. Artinya dia menghargai keberagaman," katanya.
Menurutnya, lewat karya yang disajikan tersebut, secara tidak langsung ada pemikiran yang bisa bermanfaat, termasuk bisa memancing daya kritis milenial dalam mengkritisi setiap keadaan yang ada di lingkungannya. "Saya tidak mengajak (mengkritisi sesuatu dengan kartun, red) tapi saya menyediakan gambar-gambar itu untuk memancing inspirasi para milenial untuk mengkritisi setiap keadaan. Saya mensitir hoaks, saya mensitir semua cuma dengan bahasa gambar itu," jelasnya.
Sebelum pameran tentang Jokowi, Gun Gun juga sebelumnya menggambar kartun presiden terdahalu, SBY, dan memamerkannya di Jakarta. "Waktu itu saya melihat (gambarkan, red) SBY itu seperti titisan Gajah Mada, karena dilihat dari bentuk wajahnya. Saya buatlah pameran berjudul Dari Satria Lembah Tidar ke Cikeas," imbuhnya, sembari mengatakan pameran ini juga serangkaian peringatan 20 tahun tokoh I Brewok karya Gun Gun masuk perangko. *ind
"Jokowi yang saya lihat adalah garis yang sederhana, linear tapi maknanya tersier. Banyak penafsiran yang harus dibaca, yang tidak bisa dibaca oleh banyak orang. Kesederhanaannya ada, tapi saat dia mengambil keputusan, yang orang-orang tidak bisa putuskan, dia putuskan," ungkapnya.
Dia menampik bahwa sedang mengagungkan sosok Jokowi. Sebab dunia kartunis, kata dia, hanya berpihak pada kebenaran umum, bukan kepada politiknya. Kartunis membaca dan menafsirkan pikiran orang, kemudian menggambarkannya sebagai gambar yang kritis. Tidak saja sekedar menjadikannya lucu, tapi di sisi lain menjadi bentuk penyampaian sebuah perasaan, seperti orang memarahi tapi membuat sakit, mencibir tapi mentertawakan. Inilah yang menjadi kelebihan kartunis.
Pada bagian lain, Gun Gun menggambarkan Jokowi si Bhineka Tunggal Ika. Jokowi memberikan peluang masuknya pakaian adat Nusantara saat peringatan Detik-detik Proklamasi Kemerdekaan RI. Meski sedang melihat ketokohannya, dalam kartun dia juga mengkritisi apa yang dilakukan Jokowi. "Saya batasi tema kartun ini 'Jokowi di Mata Saya', berarti pandangan saya terhadap Jokowi. Buat saya, Jokowi presiden pertama yang mengucapkan Om Swastiastu dalam pidato kenegaraannya. Sebagai Hindu, saya suka. Artinya dia menghargai keberagaman," katanya.
Menurutnya, lewat karya yang disajikan tersebut, secara tidak langsung ada pemikiran yang bisa bermanfaat, termasuk bisa memancing daya kritis milenial dalam mengkritisi setiap keadaan yang ada di lingkungannya. "Saya tidak mengajak (mengkritisi sesuatu dengan kartun, red) tapi saya menyediakan gambar-gambar itu untuk memancing inspirasi para milenial untuk mengkritisi setiap keadaan. Saya mensitir hoaks, saya mensitir semua cuma dengan bahasa gambar itu," jelasnya.
Sebelum pameran tentang Jokowi, Gun Gun juga sebelumnya menggambar kartun presiden terdahalu, SBY, dan memamerkannya di Jakarta. "Waktu itu saya melihat (gambarkan, red) SBY itu seperti titisan Gajah Mada, karena dilihat dari bentuk wajahnya. Saya buatlah pameran berjudul Dari Satria Lembah Tidar ke Cikeas," imbuhnya, sembari mengatakan pameran ini juga serangkaian peringatan 20 tahun tokoh I Brewok karya Gun Gun masuk perangko. *ind
Sumber: Nusabali
Berita Terkait
Berita Populer Dari Nusabali