-
PAN Akui Ridwan Kamil Masuk Radarnya untuk Pilpres 2024
33 menit lalu -
IHSG Diprediksi Bergerak di 6.541-6.702
32 menit lalu -
Penyakit mulut dan kuku: Harga sapi kurban 'dijamin akan naik' karena gangguan distribusi ternak
59 menit lalu -
Kim Jong Un Perintahkan Militer Tangani Covid-19 Karena Kesal Pejabat Kesehatan Lambat
53 menit lalu -
Dibombardir Berbulan-bulan, Lebih dari 200 Pasukan Ukraina Dievakuasi dari Pabrik Baja Azovstal Mariupol
51 menit lalu -
Ngebet Punya Momongan? Coba Konsumsi 3 Vitamin Ini, Aman dan Tanpa Efek Samping
43 menit lalu -
Wall Street Lesu Tertekan Saham Tesla
37 menit lalu -
Mengenal Fenomena Alam atau Cuaca yang Ada di Indonesia
41 menit lalu -
Cuaca Solo Raya Diprediksi Cerah Berawan
38 menit lalu -
Ini 3 Tips Bikin Kulit Wajah Glowing dengan Tomat
42 menit lalu -
Biden Setujui Penempatan Pasukan AS di Somalia
38 menit lalu -
Pemakaman Jurnalis Al Jazeera Diwarnai Bentrok, Uskup Agung Yerusalem Mengutuk
37 menit lalu
Fakta di Balik Kebijakan Bekerja Hingga 70 Tahun bagi Lansia Jepang
Tahun lalu, ada sebuah perdebatan yang muncul di Jepang: bagaimana memperluas lapangan pekerjaan bagi para lansia enerjik yang masih ingin bekerja. Memang, Jepang masih memiliki banyak lansia yang sehat, baik secara fisik maupun mental sehingga lebih ingin menghabiskan waktunya dengan bekerja dibanding menjadi pengangguran dan malah berakhir di balik jeruji besi karena tak punya uang. Namun, hal ini juga menimbulkan kekhwatiran dan pertanyaan di kalangan masyarakat, seperti apakah suatu perusahaan akan memberikan perlakuan yang sama pada lansia yang bekerja dengan pegawai lain hingga apa saja tantangan yang akan dihadapi perusahaan. Nah, Mainichi Shinbun pun menjawab pertanyaan-pertanyaan itu! Bagaimana jawabannya?Ayo kita simak!
Jadi, revisi dari Undang-Undang tentang Stabilisasi Pekerjaan Lansia, yang mengamanatkan bahwa perusahaan dapatĀ mencoba mempekerjakan pegawai mereka hingga berusia 70, disahkan pada bulan April. Sebelumnya, perusahaan diharuskan untuk mempekerjakan staf yang memilih untuk tetap bekerja sampai mereka berusia 65 tahun. Revisi hukum yang baru ini bertujuan agar warga senior yang sehat dapat bekerja dan mendukung sistem jaminan sosial Jepang, dan muncul dari kekhawatiran jumlah pekerja di Jepang yang menurun karena terus berkurangnya angka kelahiran.

Terkait apakah para lansia ini mendapat perlakuan sama, biasanya banyak perusahaan yang mengadopsi sistem di mana para pegawainya yang sempat pensiun saat mencapai umur 60, kembali dipekerjakan kembali dengan menandatangani sebuah kontrak peraturan baru. Hal ini membuat timbulnya kasus di mana para lansia mendapatkan upah lebih rendah meski kondisi dan pekerjaan yang mereka lakukan sama dengan sebelumnya.
Pemerintah Jepang sendiri memberikan opsi bagi perusahaan untuk terus menandatangani kontrak outsourcing dengan para lansia. Dalam hal ini, mereka akan bekerja sebagai pemilik tunggal. Meskipun hal ini bermanfaat bagi perusahaan, lansia tidak lagi dilindungi oleh Undang-Undang Standar Tenaga Kerja.

Nah, karena pekerja lansia tak mendapat kompensasi suransi kecelakaan kerja, mereka mendapat risiko harus membayar biaya perawatan sendiri jika terjadi sesuatu. Namun, setelah revisi hukum, lansia yang merupakan pemilik tunggal baru dapat mengajukan asuransi kompensasi kecelakaan industri sebagai kasus luar biasa. Tapi, pelamar harus menanggung biaya yang diperlukan sendiri.
Cukup banyak tantangannya memang. Namun, semakin banyak pula perusahaan yang yakin untuk mempekerjakan lansia. Produsen A Daikin Industries Ltd. misalnya, yang memperluas sistem penerimaan kembalinya pada bulan April sehingga staf dapat memilih untuk tetap bekerja hingga usia 70 tahun.
Kini, masalah yang harus diperhatikan adalah apakah pekerjaan untuk lansia dapat dijamin tidak hanya di perusahaan besar, tetapi juga di perusahaan kecil dan menengah? Mari kita lihat nanti ke depannya.