-
Jelang Liga 1 2023-2024, RANS Nusantara FC Siap Hadirkan 4 Pemain Asing Wajah Baru Sekaligus!
40 menit lalu -
Exco PSSI Pastikan Belum Ada Rencana Pemain Naturalisasi Tambahan untuk Timnas Indonesia
56 menit lalu -
Ducati Beri Update soal Kondisi Kebugaran Francesco Bagnaia dan Enea Bastianini Jelang MotoGP Italia 2023
46 menit lalu -
RS Mitra Keluarga Bekasi Timur Gelar Pelatihan ECG dan Literasi Keuangan Bersama MNC Life Assurance
39 menit lalu -
Siapa yang Punya Candi Borobudur?
33 menit lalu -
MNC Vision dan MNC Peduli Berikan Bantuan Sembako ke Yayasan Tunanetra Elsafan
49 menit lalu -
MNC Life Berikan Literasi Keuangan di Pelatihan Dokter Bersama RS Mitra Keluarga Bekasi Timur
42 menit lalu -
Senat Untirta Tetapkan 3 Besar Calon Rektor, Suara Terbanyak Prof Fatah Sulaiman
57 menit lalu -
Perang Ukraina: Moskow dihantam serangan drone setelah serangan ke Kyiv yang menewaskan satu orang
50 menit lalu -
10 Jam Berlalu, Sidang Etik Polri Terhadap Irjen Teddy Minahasa Masih Berlangsung
32 menit lalu -
Dapat Laporan Dugaan Suap Sekretaris MA, KPK Langsung Turun Tangan
57 menit lalu -
Jokowi Dapat Bisikan Ada 30 ASN yang Siap Pindah ke IKN
50 menit lalu
Emas Jadi Pilihan Investor, Harga Tembus USD2.000/Ounce
JAKARTA - Harga emas menembus level USD2.000 per ounce atau mengalami kenaikan di akhir perdagangan Senin. Kenaikan ini pun memperpanjang keuntungan karena kekhawatiran atas penularan krisis sektor perbankan global berlanjut.
Kontrak emas paling aktif untuk pengiriman April di divisi Comex New York Exchange naik USd9,30 atau 0,47% menjadi USD1.982,80 per ounce, setelah diperdagangkan menyentuh level tertinggi USD2.014,90 dan terendah di USD1.970,00.
Emas sempat menembus di atas USd2.000 karena pengambilalihan Credit Suisse oleh UBS memicu kekhawatiran lebih banyak terhadap kejatuhan sektor perbankan. Hal ini mendorong permintaan safe-haven yang sangat besar untuk emas.
Harga emas telah naik dengan cepat sejak krisis perbankan AS meletus lebih dari seminggu yang lalu dengan pengambilalihan dua pemberi pinjaman menengah, Silicon Valley Bank dan Signature Bank, oleh Federal Deposit Insurance Corp karena deposan menarik miliaran dolar dari mereka setelah takut tentang solvabilitas mereka.
Silicon Valley kemudian mengajukan perlindungan kebangkrutan. Bank ketiga, First Republic Bank juga mengarungi masalah meskipun menerima suntikan tunai sebesar 30 miliar dolar AS dari konsorsium bank-bank AS.
Krisis perbankan telah menyebar ke Eropa, dengan Credit Suisse Group, salah satu nama terkemuka di perbankan investasi global, harus mencari bantuan dari bank sentral Swiss.
Beberapa serbuan investor menuju aset-aset safe-haven mereda pada Senin (20/3/2023) setelah bank investasi Swiss UBS mengatakan akan membeli rekan yang terlilit kesulitan likuiditas Credit Suisse dan JPMorgan tampaknya membuat kemajuan dalam menyelamatkan First Republic.