-
Hasil Liga 1: Enggak Mau Menang, Persikabo?
58 menit lalu -
Seorang Pria Ditangkap Polisi di Sekitar Lokasi IKN Nusantara, Ternyata Ini Kasusnya
57 menit lalu -
Koordinasi dengan BPOM Soal Praxion, Ini Kata Kemenkes
59 menit lalu -
Kasus DBD & Leptospirosis di Semarang Memakan Korban, Dinkes Tak Tinggal Diam
51 menit lalu -
Partai Tunda Liga 1 akan "Terusir" dari Pulau Jawa
42 menit lalu -
Kemenkeu Sebut Rasio Utang Indonesia Terbaik di Dunia, Ini Buktinya
35 menit lalu -
TACO Bangga Bisa Mendukung Karya Seni di Art Jakarta Gardens 2023
33 menit lalu -
Mencari Dukungan untuk Muslim Ukraina di Indonesia
53 menit lalu -
Lewat Pantun, PKS Goda Golkar Gabung ke Koalisi Perubahan
50 menit lalu -
PGE Targetkan jadi 3 Besar Perusahaan Produsen Panas Bumi di Dunia
42 menit lalu -
Usai Berdiskusi, Persija Jakarta Berharap Ada Jalan Tengah dari Pemanggilan Pemain Timnas Indonesia U-20
58 menit lalu -
Bernardo Silva Dukung Keputusan Joao Cancelo Pindah ke Bayern Munich
56 menit lalu
0
Eco Enzyme Bermanfaat saat Tanggap Bencana

Selain sebagai pupuk cair organik dan kebutuhan sehari-hari, juga dimanfaatkan sebagai disinfektan. Bahkan ratusan liter eco enzyme yang telah diproduksi digunakan untuk tanggap bencana pandemi Covid-19 hingga Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).
Ketua Komunitas Eco Enzyme Buleleng Feri Tanaya di sela-sela sosialisasi pembuatan eco enzyme di wantilan Desa Adat Buleleng, Jumat (2/12), mengatakan manfaat eco enzyme memang sudah banyak dirasakan masyarakat. Tidak hanya untuk menyuburkan tanaman, tetapi juga dipakai untuk mencuci piring tetapi juga untuk disinfektan.
"Eco enzyme paling banyak dipakai untuk penanganan PMK. Tidak hanya digunakan di Buleleng saja, tetapi kami juga support ke luar Bali yang masuk zona hitam. Kebutuhan untuk tanggap bencana yang banyak," ucap Feri Tanaya.
Hanya saja sejauh ini semangat masyarakat untuk membuat eco enzyme belum konsisten. Ada yang masih terkendala waktu hingga pengumpulan materi berupa sampah organik sebagai bahan dasar eco enzyme. "Tujuan kami setiap rumah membuat dan menggunakan eco enzyme di rumahnya untuk keperluan sehari-hari. Sehingga air limbah rumah tangga yang keluar ke drainase lebih ramah lingkungan karena sudah berproses dengan eco enzyme," ucap Feri Tanaya.
Sementara itu kegiatan sosialisasi dan simulasi pembuatan eco enzyme diberikan kepada belasan kelian banjar adat yang bernaung di bawah Desa Adat Buleleng. Kelian Desa Adat Buleleng Nyoman Sutrisna yang juga relawan eco enzyme Buleleng mengatakan, sosialisasi terus digencarkan untuk mendukung konsep dan program Desa Adat Buleleng. Salah satunya untuk mempertahankan dan memelihara konsep Tri Hita Karana bidang palemahan (hubungan manusia dengan lingkungan sekitarnya).
Salah satu peserta Komang Suartana mengatakan sudah mengikuti pelatihan sebelumnya. Kelian Banjar Adat Bale Agung ini pun sudah berproduksi eco enzyme namun belum masuk masa panen. "Beberapa tester yang diberikan kemarin sudah dipakai di rumah pakai menyiram nangka, anggur, kelengkeng dan efeknya sudah nampak. Ini sangat efektif sekali dan murah," jelas Suartana.
Di sisi lain, setelah dilakukan sosialisasi dan simulasi pembuatan eco enzyme juga dilakukan penuangan di Sungai Buleleng wilayah Kelurahan Liligundi, Kecamatan/Kabupaten Buleleng. Hal ini salah satu upaya menjernihkan air dan meningkatkan kualitas air baku sungai. *k23
Sumber: Nusabali
Berita Terkait
Berita Populer Dari Nusabali