-
Wajah Berubah Makin Cantik Setelah Bengkak, Via Vallen Operasi Plastik?
13 jam lalu -
Selamat Tinggal Boba, Ini 5 Tren Kuliner yang Bakal Hits di 2020
12 jam lalu -
Photoshoot Aurel Hermansyah Menjelma Jadi Krisdayanti, Seksinya Kebangetan!
21 jam lalu -
Ilmuwan Temukan Lubang Hitam Terbesar di Alam Semesta
21 jam lalu -
Bermodalkan Botol Bekas, Pria ini Buat Pelindung Drone Unik
11 jam lalu -
Lambretta Canangkan Pabrik Perakitan di Indonesia
22 jam lalu -
Gaya Manja Pramugari Agnes Marcellina Berbikini Colourful Main Ombak
22 jam lalu -
Film Anyar James Bond Rilis Trailer, Akankah Lampaui Kesuksesan Skyfall?
13 jam lalu -
Jaguar F-Type Diremajakan, Punya Settingan Mesin Anyar di Balik Ubahan Paras
22 jam lalu -
Sederet Hal Baru Yamaha NMax 2020, Sektor Mana Saja yang Berubah?
22 jam lalu -
Yamaha XSR155 Baru Meluncur, Ferrox Langsung Tawarkan Filter Udara
22 jam lalu -
Digerebek di Klub Malam, Model Cantik Ini Ngamuk Ogah Tes Urine: Kenapa yang Lain Nggak?
14 jam lalu
Dua Diplomat Bersaksi Dalam Sidang Terbuka Penyelidikan Pemakzulan Donald Trump

WASHINGTON - Dua diplomat Amerika Serikat mengatakan dalam sidang terbuka untuk memakzulkan Presiden Donald Trump, bahwa Presiden menciptakan "saluran yang tidak biasa" dengan menugaskan pengacara pribadinya Rudy Giuliani untuk memaksa Ukraina melakukan penyelidikan yang akan menguntungkan dirinya.
Kedua pejabat Departemen LN Amerika itu, William Taylor, diplomat tertinggi Amerika di Ukraina dan George Kent, pejabat Departemen LN urusan Ukraina, mengatakan, Giuliani bertindak atas nama Presiden Trump untuk urusan yang biasanya dilakukan oleh Departemen Luar Negeri AS.
Kata kedua diplomat itu, Giuliani mendesak Ukraina supaya mengadakan penyelidikan atas saingan utama Trump dalam pemilu tahun 2020, mantan wakil presiden Joe Biden, dan putranya Hunter yang bekerja untuk perusahaan gas alam Ukraina.
Baca juga: Mantan Dubes AS untuk PBB Sebut Dua Pejabat Gedung Putih Ingin Melemahkan Trump
Baca juga: Petani India Puja dan Sembah Trump Layaknya Dewa Hindu
Giuliani juga diminta oleh Trump untuk menyelidiki teori yang mengatakan hawa Ukraina-lah yang melakukan campur tangan dalam pemilu presiden tahun 2016, dan bukannya Rusia.
Permintaan Trump itu dilakukan sambil ia menahan bantuan militer bagi Ukraina berjumlah USD391 juta (sekira Rp5,5 miliar), yang diperlukan negara itu untuk melawan kelompok separatis pro-Russia di bagian timur Ukraina.
Kata Duta Besar Taylor, "Tanpa bantuan Amerika itu, pastilah lebih banyak warga Ukraina yang akan mati."
Bagian penting penyelidikan pemakzulan itu berpusat pada percakapan telepon antara Presiden Trump dengan Presiden Ukraina Zelinsky bulan Juli lalu, dimana Trump minta bantuan Zelinsky untuk memulai penyelidikan atas Joe Biden dan putranya.
Kata Duta Besar Taylor, ia belum pernah mengetahui adanya presiden Amerika yang minta bantuan pemerintah asing untuk melakukan penyelidikan politik guna kepentingannya sendiri.
Presiden Trump di kantornya di Gedung Putih mengatakan pada wartawan dia tidak menyaksikan sidang dengar pendapat yang disiarkan langsung lewat televisi itu.
"Saya terlalu sibuk. Itu adalah hoaks dan usaha mencari-cari kesalahan," katanya.