-
Melawan Penjambret Saat Mempertahankan Ponselnya, Bocah SD Ditusuk Pelaku
59 menit lalu -
Buya Syafii Maarif, Tokoh Muhammadiyah yang Tak Pernah Menyerah Meski Sempat Putus Sekolah
48 menit lalu -
Cuaca Malang Hari Ini: Siang Nanti yang Beraktivitas di 3 Wilayah Berikut Waspada
26 menit lalu -
Update Calon Haji, Kemenag: Segera Lakukan Vaksinasi Penguat, Penting
42 menit lalu -
Ada Perubahan Rute KRL, 200 Ribu Pengguna Diprediksi Transit di Stasiun Manggarai
33 menit lalu -
Tak Ada Kamera E-TLE, 14 Titik Ganjil Genap di Jakarta Terapkan Tilang Manual
38 menit lalu -
2 Jenis Tes Kesehatan Calon Bintara Polri, Jangan Fokus Foto Peserta Itu ya
34 menit lalu -
Ingat! Ganjil Genap Menuju Puncak Tetap Berlaku Akhir Pekan Ini
27 menit lalu -
Razman Arif Nasution Ungkap Gaji Iqlima Kim sebagai Aspri Hotman, Oh Ternyata
24 menit lalu -
Bali United Mulai Dikenal Pemain Kelas Dunia, Respons Teco Tak Terduga
23 menit lalu -
Penghormatan Lintas Agama saat Melepas Kepergian Ulama Minangkabau
50 menit lalu -
Harga Minyak Dunia Naik Usai Uni Eropa Embargo Rusia
43 menit lalu
Bikin Sejarah, Joe Biden Calonkan Wanita Muslim Jadi Hakim Federal
Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menominasikan Nusrat Jahan Choudhury, wanita Muslim untuk jabatan hakim federal buat pertama kalinya.
Jika hal tersebut telah disetujui, Pemerintahan Biden akan masuk dalam sejarah AS dalam membentuk peradilan federal dengan keragaman. Choudhury akan menjadi wanita Muslim pertama yang menjabat sebagai hakim federal dan orang Amerika keturunan Bangladesh pertama.
Nusrat Jahan Choudhury.
Choudhury, yang kini menjabat Direktur Hukum American Civil Liberties Union of Illinois dicalonkan Biden untuk Pengadilan di Distrik Timur New York. Ia akan menjadi hakim federal Amerika Muslim kedua setelah Senat mengukuhkan Zahid Quraishi, calon Biden lainnya ke Pengadilan Distrik AS untuk Distrik New Jersey pada Juni lalu.
Sejak Biden menjabat satu tahun lalu, total nominasi yudisial Biden adalah 83 orang. Ini melanjutkan upaya Pemerintahannya untuk menempatkan lebih banyak perempuan dan hakim kulit berwarna di bangku federal.
Sebanyak 62 calon hakim federal Biden adalah perempuan. Termasuk tujuh dari delapan calon baru. Kelompok baru ini mencakup dua wanita kulit hitam, seorang imigran Taiwan, seorang Amerika Asia, seorang Latin, dan satu calon yang mengidentifikasi diri sebagai orang Amerika Asia, Latin dan kulit putih.
Diansir dari USA Today, tiga calon adalah pengacara hak-hak sipil, dua adalah pengacara perburuhan dan dua pembela umum.
Pemimpin Mayoritas Senat Chuck Schumer pun mendukung Choudhury sebagai ahli dalam hak-hak sipil dan kebebasan.
Muslim Advocates, sebuah organisasi hak-hak sipil nasional, menulis surat, Juli lalu kepada Schumer dan Senator New York Kirsten Gillibrand, yang menyatakan bahwa Choudhury memiliki "reputasi bintang" untuk memajukan hak-hak komunitas minoritas. Pencalonannya pun akan membuat sejarah yang sangat dibutuhkan.
Biden juga mencalonkan Arianna Freeman, pembela umum federal di Philadelphia, untuk bertugas di Pengadilan Banding AS di Pennsylvania. Freeman adalah wanita kulit hitam kedelapan yang dinominasikan Biden sebagai hakim banding federal.
Pada tahun pertamanya menjabat, Biden memenangkan persetujuan Senat dari 41 calon hakim federal. Ini jumlah terbanyak dibanding presiden lain selama 12 bulan pertama menjabat sejak John F Kennedy.
Namun, meski sukses menciptakan keberagaman dalam pemerintahannya, dua pertiga pemilih Amerika malah menilai, Biden telah membawa Amerika Serikat (AS) ke jalur yang salah. Demikian hasil jajak pendapat soal satu tahun kepresidenan Biden Morning Consult dan Politico, selama akhir pekan, terhadap 2.005 pemilih terdaftar.
Hasil penelitian yang dirilis kemarin menunjukkan, 68 persen responden berpikir bahwa negara sedang menuju ke arah yang salah. Sementara hanya 32 persen menyatakan bahwa negara itu menuju ke arah yang benar.
Lebih dari separuh responden (56 persen) tidak setuju dengan pekerjaan yang dilakukan Biden di Gedung Putih. Sedangkan 40 persen menyatakan sangat tidak setuju. Sementara 40 persen menyetujui penampilannya, hanya 16 persen "sangat" menyetujui, sementara 4 persen tidak berpendapat.
Ditanya berapa nilai yang akan mereka berikan kepada Biden, 40 persen mengatakan dia mendapat "F". Sementara hanya 6 persen memberinya "A" dan 14 persen memberinya "B".
Ketika ditanya tentang kekhawatiran utama mereka, 42 persenmenunjuk ekonomi sebagai masalah utama. Masalah keamanan berada di urutan kedua dengan14 persen.
Mayoritas (47 persen) menyatakan akan mempercayai Partai Republik di Kongres. Sedangkan Demokrat (34 persen).Sementara 19 persen tidak berpendapat.
Demokrat memiliki mayoritas tipis di DPR dan memimpin satu suara (diberikan Wakil Presiden Kamala Harris) di Senat. Ini berarti kehilangan hanya satu kursi dapat mengubah keseimbangan kekuasaan saat ini.
Ketika dinilai dari penanganan Pemerintah terhadap pandemi Covid-19, Biden juga menerima nilai rendah dari para pemilih, dengan 44 persen menilai kinerjanya "buruk."
Peringkat dukungan Biden merosot pada 2021, karena ia gagal memenuhi janji kampanye utamanya untuk "mematikan" epidemi Covid-19. Jumlah kematian akibat virus Corona telah melonjak dalam beberapa bulan terakhir karena varian Omicron telah menyebar ke seluruh negeri, meskipun vaksin tersedia.