-
Real Madrid Jadi Korban Kejutan di Copa del Rey, Disingkirkan Tim Strata Ketiga
40 minutes ago -
Di Depan CEO, Jokowi Ungkap Peluang Besar Ekonomi Hijau dan Digital bagi RI
45 minutes ago -
Manchester United dan 4 Klub Liga Inggris yang Membuat Kejutan Musim Ini
57 minutes ago -
5 Calon Pelatih Pengganti Lampard di Chelsea, dari Allegri Sampai Tuchel
52 minutes ago -
3 Industri Kebal Covid-19, Jokowi: Tapi Kita Masih Impor
56 minutes ago -
Bomber Napoli Sesalkan Performa Gemilang Wojciech Szczesny
38 minutes ago -
Paul Pogba Pemain Terabaik Duel Antara Manchester United vs Fulham
33 minutes ago -
Menkes Terima Banyak WA dari Konglomerat Indonesia, Ini Isinya
44 minutes ago -
Calon Kapolri Listyo Sigit Bakal Hilangkan Tilang di Jalan
57 minutes ago -
Bangladesh Siap Pulangkan Pengungsi Rohingya Tahun Ini
43 minutes ago -
Pengusaha Pede Industri Makanan Minuman Bisa Tumbuh 7% Tahun Ini
41 minutes ago -
Simak Rincian Kasus Penyebaran Covid 19 Hingga Zona Orange
39 minutes ago
Begini Tantangan Realisasi Belanja Pemerintah di 2021

JAKARTA - Belanja pemerintah diharapkan dapat memainkan peran sentral. Terutama dalam mendorong laju perekonomian pada tahun 2021.
Oleh karena itu, Direktur Eksekutif CORE Indonesia Mohammad Faisal menuturkan, kebijakan fiskal masih didesain ekspansif. Defisit anggaran ditetapkan sebesar 5,7% dari PDB dan komponen belanja pemerintah dalam PDB diperkirakan akan tumbuh pada kisaran 3-4%.
Baca juga: 2021 Jadi Peluang Perbaikan Ekonomi RI
Di antara rencana belanja yang menonjol adalah Program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) yang masih berlanjut pada tahun depan. "Belanja Pegawai juga tumbuh sebesar 64%, mengakomodasi kebutuhan pemberian dana untuk gaji ke-13 dan THR yang tidak tersalurkan secara utuh pada tahun 2020. Selain itu, Belanja Barang juga naik 32% setelah sempat terpotong akibat realokasi anggaran pada tahun 2020," kata Faisal di Jakarta sabtu.
Namun, masih ada sejumlah tantangan yang kemungkinan harus dihadapi dalam kebijakan belanja pemerintah pada tahun depan diantaranya Pertama, lambatnya realisasi belanja, baik oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah, yang ditandai dengan penumpukan belanja pada periode akhir tahun anggaran.
Baca juga: Sri Mulyani Beberkan Cara RI Keluar dari Middle Income Trap
Kedua, anggaran yang tidak terserap masih akan cukup tinggi sehingga akan mengurangi manfaat APBN bagi perekonomian, terutama belanja yang memiliki efek pengganda yang besar. Ketiga, ketidaktepatan penyaluran anggaran, terutama penyaluran anggaran bantuan sosial dan subsidi, yang antara lain disebabkan oleh basis data yang belum sepenuhnya update.
"Serta keempat, potensi rendahnya pendapatan pemerintah, terutama dari pos perpajakan, akan mendorong pemerintah mengerem belanja untuk mencegah pelebaran defisit," ungkap dia.