-
Hasil Bologna vs Napoli di Liga Italia 2022-2023: Victor Osimhen Cetak Brace, Partenopei Tertahan 2-2
43 menit lalu -
Hasil Malaysia Masters 2023: Korea Borong 2 Gelar, Indonesia Nestapa
23 menit lalu -
Pemekaran Provinsi Natuna Anambas Memasuki Tahap Penting, Gubernur Kepri Mendukung
44 menit lalu -
Bos Mooney VR46 Sebut Bezzecchi Sangat Pantas di Tim Pabrikan
37 menit lalu -
Kabar MA Bakal Kabulkan PK KSP Moeldoko, SBY Sampaikan Pesan Penting Kepada Kader Partai Demokrat
45 menit lalu -
Ternyata Ini Pemilik PT Kaltim Prima Coal
30 menit lalu -
Perempuan Cantik Kamboja yang Disapa Marselino Ferdinan Siap Saksikan Laga Timnas Indonesia vs Argentina di SUGBK
38 menit lalu -
Ganjar Minta Gen Z dan Milenial Optimalkan Media Sosial Sesuai Perkembangan Zaman
33 menit lalu -
Imigrasi Deportasi 129 Turis Asing Sejak Januari 2023, Koster Sebut Fakta Ini, Parah
24 menit lalu -
5 Potret Jadul Jelly Jelo, Model Majalah Dewasa yang Bikin Gagal Fokus
34 menit lalu -
Terkait VAR di Liga 1 2023-2024, Ketum PSSI Erick Thohir Janji Februari Sudah Bisa Diterapkan
24 menit lalu -
Helikopter TNI AD Jatuh saat Mendukung Latihan Yonif Braja Wijaya, Penyebabnya?
9 menit lalu
Bapak Kopassus Idjon Djanbi Jatuh Cinta pada Indonesia, Masuk Islam dan Menikahi Perempuan Sunda
BAPAK Kopassus Indonesia, Mochammad Idjon Djanbi atau yang sebelumnya memiliki nama Rokus Bernardus Visser, awalnya melatih pasukan penerjun payung Belanda School Opleiding Parachutisten yang di bentuk pada tahun 1946 di Jayapura.
Tidak disangka, ternyata Idjon Djanbi terlanjur jatuh hati pada Indonesia. Ia pun memutuskan untuk pulang ke Inggris dan mengajak anak istrinya untuk pindah ke Indonesia. Tetapi, mereka menolak ajakan Idjon Djanbi dan menyebabkan perceraian.
Pada tahun 1947, Idjon Djanbi kembali lagi ke Indonesia untuk melatih penerjun payung. Kali ini, dia ditempatkan di Batujajar, Bandung karena sekolah tempat Ia mengajar dipindahkan ke sana. Sekolah penerjun payung itu juga berganti nama menjadi Korps Speciale Troepen (KST).
KST terus mencetak penerjun payung handal di bawah kepemimpinan Idjon Djanbi. Sampai pada akhirnya, Belanda harus menyerahkan semua kekuasaannya di Indonesia melalui hasil perundingan Konferensi Meja Bundar pada 27 Desember 1949.
Setelah itu, Idjon Djanbi memilih untuk pensiun dari dunia militer dan menetap di Indonesia. Walaupun, dengan risiko yang besar karena Indonesia masih berada dalam masa transisi yang menyebabkan rasa anti terhadap Belanda dan Eropa masih kuat.