-
Eduardo Almeida Heran Arema FC Dihujani Kritik
43 menit lalu -
Ingin Main Lebih Sering, Chelsea Siap Jual Kepa Arrizabalaga
46 menit lalu -
Kapolres Turun Tangan, Polemik Pembangunan Bendungan Selesai
51 menit lalu -
Alasan Sebenarnya Lee Zii Jia Mundur dari Commonwealth Games 2022, Ternyata
29 menit lalu -
Takumi Minamino akan Lanjutkan Karier di Liga Prancis
23 menit lalu -
Apa yang Bikin BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan Berbeda? Simak Fakta Ini Yuk
43 menit lalu -
Juventus dan Inter Milan Saling Sikut untuk Nikola Milenkovic
31 menit lalu -
Dituding Meneror Nikita Mirzani, Dito Mahendra Bilang Begini, Tegas!
55 menit lalu -
Negara Ini Terancam Jadi Target Rusia Selanjutnya, Ukraina Sampaikan Dukungan
27 menit lalu -
3 Berita Artis Terheboh: Dewi Perssik Bongkar Perlakuan Mertua, Ustaz Derry Memaafkan, Tetapi
34 menit lalu -
Guspardi Gaus Sepakat Tak Ada Revisi UU Pemilu
43 menit lalu -
Masjid Al Aqsa Dikhawatirkan Runtuh Gara-Gara Penggalian Bawah Tanah Israel
22 menit lalu
Banyak Pelaut Meninggal di Kapal Induk AS, Orang Tua Kecam Respon Konyol Angkatan Laut

WASHINGTON - Orang tua seorang pelaut yang meninggal karena bunuh diri saat berada di kapal induk USS George Washington - salah satu dari tujuh awak yang tewas pada tahun lalu, termasuk empat orang karena bunuh diri - mengecam tanggapan Angkatan Laut terhadap krisis tersebut sebagai hal yang "konyol."
John Sandor dan Mary Graft, orang tua dari Xavier Hunter Mitchell Sandor yang masuk dalam Master at Arms Seaman Recruit, mengatakan kepada Brianna Keilar dari CNN pada acara 'New Day', bahwa putra mereka tidak memberikan banyak detail tentang kondisi di kapal induk tetapi mengatakan pengalaman itu "mengerikan. "
"Orang-orang seharusnya tidak harus hidup seperti ini," kata John Sandor kepada putranya, menambahkan bahwa Xavier akan menelepon mereka dari mobilnya dan mengatakan kekurangan air panas untuk mandi.
Baca juga: Banyak yang Bunuh Diri, Lebih dari 200 Pelaut Pindah dari Kapal Induk AS
"Dia mencintai pekerjaannya. Dia melakukan shift 12 jamnya. Dan bagaimana Anda tidur di kapal induk dengan jackhammering dan asap dan bau di siang hari? Jadi, dia akan tidur di mobilnya," terang John tentang putranya yang berusia 19 tahun.
"Mengerikan sekali. Seharusnya tidak ada pelaut yang tinggal di kapal itu dalam kondisi seperti itu," lanjutnya.
Baca juga: Tingkatkan Skill, Tantangan Pelaut RI di Era Industri 4.0
"Mengetahui apa yang terjadi dengan kru sebelum dia, ini bisa terjadi sejak lama dan putra saya masih hidup. Saya tidak tahu mengapa butuh waktu lama bagi Angkatan Laut untuk bertindak atas hal itu. Mereka harus menunggu sampai tujuh korban untuk benar-benar membuat perubahan? Ini konyol," tegasnya.