-
Eduardo Almeida Heran Arema FC Dihujani Kritik
47 menit lalu -
Ingin Main Lebih Sering, Chelsea Siap Jual Kepa Arrizabalaga
51 menit lalu -
Kapolres Turun Tangan, Polemik Pembangunan Bendungan Selesai
56 menit lalu -
Alasan Sebenarnya Lee Zii Jia Mundur dari Commonwealth Games 2022, Ternyata
34 menit lalu -
Takumi Minamino akan Lanjutkan Karier di Liga Prancis
28 menit lalu -
Apa yang Bikin BPJS Kesehatan dan BPJS Ketenagakerjaan Berbeda? Simak Fakta Ini Yuk
48 menit lalu -
Juventus dan Inter Milan Saling Sikut untuk Nikola Milenkovic
36 menit lalu -
Negara Ini Terancam Jadi Target Rusia Selanjutnya, Ukraina Sampaikan Dukungan
32 menit lalu -
3 Berita Artis Terheboh: Dewi Perssik Bongkar Perlakuan Mertua, Ustaz Derry Memaafkan, Tetapi
39 menit lalu -
Masjid Al Aqsa Dikhawatirkan Runtuh Gara-Gara Penggalian Bawah Tanah Israel
27 menit lalu -
5 Fakta Soal Keputusan Iqlima Kim Pecat Razman Arif Nasution
23 menit lalu -
Guspardi Gaus Sepakat Tak Ada Revisi UU Pemilu
48 menit lalu
AS Peringatkan Risiko Gunakan Pekerja IT Asal Korut, Diduga Curi Uang untuk Program Senjata

NEW YORK - Amerika Serikat (AS) telah memperingatkan bahwa pekerja Teknologi Informasi (IT) dari Korea Utara (Korut) berusaha mendapatkan pekerjaan jarak jauh dengan menyembunyikan identitas asli mereka dengan tujuan mencuri uang untuk Pyongyang.
Menurut tiga lembaga pemerintah AS, banyak dari mereka berpura-pura dari bagian lain Asia. Mereka diduga membantu mendanai program senjata Korea Utara, yang melanggar sanksi internasional.
Diketahui, negara ini telah melakukan beberapa uji coba rudal dalam beberapa bulan terakhir. Pada Maret lalu, Korea Utara menguji coba rudal balistik antarbenua yang dilarang untuk pertama kalinya sejak 2017.
"DPRK [Korea Utara] mengirimkan ribuan pekerja TI yang sangat terampil di seluruh dunia untuk menghasilkan pendapatan yang berkontribusi pada senjata pemusnah massal dan program rudal balistiknya, yang melanggar sanksi AS dan PBB," terang Departemen Luar Negeri AS, Departemen Keuangan AS dan Biro Investigasi Federal (FBI) mengatakan dalam sebuah pernyataan bersama pada Senin (16/5/2022).
Baca juga: Korut Uji Coba Senjata Taktis Baru, Tingkatkan Kemampuan Nuklir
Pernyataan itu mengatakan para pekerja tersebut berada di Korea Utara dan negara-negara lain, terutama China dan Rusia. Sejumlah kecil dikatakan berbasis di Afrika dan Asia Tenggara.
Baca juga: Korut Beri Peringatan, Akan Gunakan Nuklir Jika Diserang Korsel
"Pekerja II ini memanfaatkan tuntutan yang ada untuk keterampilan TI tertentu, seperti pengembangan perangkat lunak dan aplikasi seluler, untuk mendapatkan kontrak kerja lepas dari klien di seluruh dunia, termasuk di Amerika Utara, Eropa, dan Asia Timur," katanya.
"Meskipun pekerja TI DPRK biasanya terlibat dalam pekerjaan TI yang berbeda dari aktivitas siber berbahaya, mereka telah menggunakan akses istimewa yang diperoleh sebagai kontraktor untuk memungkinkan intrusi siber berbahaya DPRK," tambah pernyataan itu.