-
Jelang Liga Indonesia 2023/24, Erick Thohir Beri Peringatan Tegas
48 menit lalu -
Klasemen Akhir Liga Italia 2022-2023: Napoli Juara, Juventus Tercecer dari 5 Besar
56 menit lalu -
2 Pemain Keturunan Grade A yang Alami Nasib Miris Setelah Tolak Perkuat Timnas Indonesia
57 menit lalu -
Bagas Maulana/Shohibul Fikri Ungkap Penyebab Gagal Juara Thailand Open 2023: Kaget dengan Permainan Power Full Wakil China
48 menit lalu -
Jadwal KRL Solo-Jogja Hari Ini 5 Juni 2023, Cek waktu Keberangkatannya
20 menit lalu -
5 Fakta Pesawat Terbesar Dunia Mendarat di Bali yang Jadi Sejarah
40 menit lalu -
Kisah Belanda Beri Sultan Amangkurat I Barang Mewah dan Langka Usai Berdamai
51 menit lalu -
Tertarik Bela Timnas Indonesia, Bek Keturunan Indonesia Jay Idzes Diincar Klub Liga Spanyol Cadiz FC hingga Aberdeen!
35 menit lalu -
Peristiwa Hari Ini: Adik John F Kennedy Tewas Ditembak
47 menit lalu -
Gempa M3,8 Guncang Maumere NTT
44 menit lalu -
Krama Adat Kerobokan Diminta Dukung Caleg Lokal
13 menit lalu -
23 Peserta Lolos Seleksi Administrasi Calon Anggota KPU Bali
16 menit lalu
Antisipasi efek domino ambruknya Silicon Valley Bank

Silicon Valley Bank (SVB) ambruk pada pada Jumat, 10 Maret 2023. Pemasok dana bagi startup dari lembah silikon Amerika Serikat itu mengibarkan bendera putih setelah gagal menghimpun Rp38 triliun saham untuk menopang neraca keuangan.
Hal itu terjadi setelah banyak nasabah menarik simpanan secara bersamaan dalam 48 jam terakhir. Tutupnya bank yang berfokus pada pembiayaan startup dan teknologi ini membuat para investor gelisah karena mengkhawatirkan adanya krisis keuangan yang lebih luas.
Ambrolnya pertahanan SVB tak bisa dilepaskan dari kesalahan manajemen. Ketua eksekutifnya terlalu banyak berinovasi tentang masa depan, sehingga pekerjaan biasa namun penting tidak diperhatikan dengan baik.
Pekerjaan yang dimaksud adalah pengelolaan risiko dan keamanan keuangan. Jatuhnya Silicon Valley Bank bukanlah karena keserakahan.
Kesimpulannya Silicon Valley Bank masuk dalam masalah secara umum berkaitan dengan tiga peristiwa, yaitu kebijakan The Fed (Bank Sentral Amerika Serikat) dalam menaikkan suku bunga secara agresif, krisis modal yang dialami SVB, dan aksi bank run.
Kasus ini membuat pemerintah federal AS ikut andil turun tangan dengan menjamin simpanan pelanggan. Pada Senin, 13 Maret 2023, Presiden AS Joe Biden mengatakan bahwa sistem perbankan AS aman.
Efek domino dari bangkrutnya SVB ternyata dirasakan juga oleh bank regional lainnya di Amerika Serikat yakni Signature Bank dan menyeret Credit Suisse.
Perkembangan terbaru dari jatuhnya bank regional AS itu juga turut meningkatkan volatilitas franc Swiss dibandingkan dengan euro, dolar AS, dan mata uang utama lainnya. Bursa saham di seluruh Eropa pun ikut terpukul.
Paling terdampak tentunya sejumlah start up yang dibiayai SVB seperti Latitud, Roddo, QBIT, INFOR Financial Group, Shopify, Rippling, Restive, Trace Finance, dan Better.com.
Banyak kalangan memprediksi ambruknya SVB akan memberikan dampak bagi industri start up di Indonesia karena rata-rata nasabah bank ini adalah venture capital yang menjadi pendana utama para startup. Para bankir pun diprediksi akan mengetatkan proses operasional sesuai dengan sisi kehati-hatian dalam menilai bisnis start up.
Start up di Indonesia disarankan harus mulai untuk berfokus pada menumbuhkan profit serta sustainability karena saat ini mendapatkan pendanaan atau fundraising sudah tidak semudah seperti masa lalu.
Dari kasus jatuhnya SVB ini dapat menjadi pelajaran bagi startup untuk tidak hanya memperhatikan pola bisnis dan perkembangan bisnis saja, tetapi juga perkembangan maupun kesehatan finansial perusahaan.
@IndoTelko