-
Kejari Jelaskan Kronologi Kasus Dugaan Korupsi Dana Hibah di Sleman
32 menit lalu -
Klasemen Liga 1 2022 Setelah Arema Bekuk Rans FC: Debut Putu Gede Sempurna, Jan Olde Fantastis
54 menit lalu -
Polisi Selidiki Penyebab Kebakaran Hebat di Pabrik Kasur PT Gratec Jaya Indonesia Bogor
52 menit lalu -
Instruksi Kapolri tak Digubris, Anggota Polisi Terus Saja Bermasalah
43 menit lalu -
Kajol Indonesia Dukung Ganjar Beri Bantuan BPJS dan Oli Murah Untuk Diver Ojol di Bogor
32 menit lalu -
Respons La Nyalla Soal Klaim Erick Thohir Didukung 60 Voters
28 menit lalu -
Gol Tunggal Majed Osman Bawa Dewa United Taklukkan Borneo FC
56 menit lalu -
Jelang Piala Asia dan Piala Dunia U-20, Shin Tae-yong Gelisah dan Bingung
52 menit lalu -
KPK Periksa Tukang Cukur Lukas Enembe
48 menit lalu -
Pengusaha Pede Pertumbuhan Ekonomi RI di 2023 Capai Target
56 menit lalu -
Kabar Baik, PT ASDP Menerapkan Ramah Lingkungan di Pelabuhan
37 menit lalu -
Kieran Trippier Sebut Declan Rice Lebih Baik daripada Casemiro
34 menit lalu
Ada 4 Negara Lain yang Daftarkan Kebaya ke UNESCO, Apakah Bakal Hambat Indonesia?

ADA 4 negara yakni Singapura, Brunei, Malaysia dan Thailand yang mendaftarkan kebaya sebagai warisan budaya non-benda ke UNESCO. Langkah yang sama memang tengah diambil Indonesia untuk melestarikan kebaya.
Memang, mereka sempat menggandeng Indonesia untuk bersama-sama mendaftakan kebaya ke UNESCO. Namun, Indonesia memilih untuk tidak ikut serta karena ingin mengambil jalur single nation, agar kebaya benar-benar didafrarkan dari negara asalnya.
Ketua Gerakan Perempuan Berkebaya Indonesia, Rahmi Hidayati menilai bahwa langkah yang dilakukan keempat negara tetangga tersebut sebenarnya tidak salah.
"Sebelumnya mereka memang sudah mengajak Indonesia untuk mendaftarkan kebaya ke UNESCO. Tapi kan mau kita, orang-orang Indonesia, kita ya harus melangkah senndiri, apalagi kebaya itu asalnya ya dari Indonesia," ujar Rahmi saat dihubungi MPI.
Permasalahannya, terdapat pemahaman dan concern berbeda antara masyarakat Indonesia yang ingin mematenkan kebaya, dengan pihak UNESCO yang justru concern dalam pelestarian warisan budaya suatu negara.
Ya, Rahmi menyebut, concern UNESCO bukanlah terkait memberikan hak cipta ataupun pengakuan kepemilikan warisan budaya suatu negara. Namun, bagaimana suatu negara bisa melestarikan warisan budayanya dalam kurun waktu yang cukup lama.
"Kalau melihat sejarah dan segala macamnya, mereka memang sudah berkebaya sejak dulu, kita kan negara berdekatan nih, orang-orang Malaysia itu banyak yang beli kebayanya tuh justru dari Jawa, dari Kalimatan," tuturnya.
"Sebenarnya kebaya itu kalau dilihat dari sisi sejarahnya ya asalnya dari Indonesia. Tapi nyatanya, concern UNESCO nggak disitu, tapi bagaimana suatu budaya dilestarikan sejak lama," lanjutnya.