-
Jadwal Lengkap Timnas Indonesia U-20 di Piala Asia U-20 2023: Garuda Nusantara Mampu Berbicara Banyak?
50 menit lalu -
Indonesia Masters 2023: Resep Jitu An Seyoung Masuk 3 Final Turnamen Beruntun
22 menit lalu -
Jumlah Hadiah yang Didapat Jonatan Christie Setelah Menjuarai Indonesia Masters 2023
41 menit lalu -
Belum Puas Datangkan Pemain, Tottenham Hotspur Ingin Boyong Piero Hincapie dari Bayer Leverkusen
57 menit lalu -
Jonatan Christie Beri Pesan Menyentuh Usai Juara Indonesia Masters 2023, Begini Reaksi Penuh Haru sang Pelatih
30 menit lalu -
Fakta Orang Tajir Simpan Uang di Sini dan Jadi Banyak, Ini Daftar Tempatnya
53 menit lalu -
Hasil Real Madrid vs Real Sociedad di Liga Spanyol 2022-2023: Berakhir 0-0, Los Blancos Gagal Menang di Kandang
45 menit lalu -
Jadwal Bus AKAP Bali - Jawa Senin 30 Januari 2023, Lengkap!
24 menit lalu -
Massimiliano Allegri Minta Juventus Lakukan Hal Ini demi Menjauh dari Zona Degradasi
40 menit lalu -
Real Madrid vs Real Sociedad: Pertama Kali El Real Gagal Cetak Gol
45 menit lalu -
9 Kali Gempa Guncang Melonguane Sulut Sejak Semalam
57 menit lalu -
5 Fakta Wowon Cs Bunuh TKW, Iming-imingi Gandakan Uang Korban
40 menit lalu
6 Ribu Tahun Lalu, Makan Semangka Terasa Pahit dan Dapat Berakibat Kematian

SEMANGKA sudah dikonsumsi khalayak luas di Mesir sekitar 4.300 tahun lalu, menurut rangkaian gambar kuno yang ditemukan pada lembaran papirus dari era tersebut. Namun, biji semangka tertua yang diketahui sejauh ini ditemukan di Libya dan berumur 6.000 tahun lampau.
Melansir BBC, sekelompok peneliti internasional menganalisa DNA biji-biji ini dan mendapati korelasinya amat berbeda dengan semangka yang kita santap zaman sekarang.
Isi buah semangka dari 6.000 tahun lalu ditengarai terasa pahit dan berwarna putih. Manusia yang menyantapnya bisa meninggal dunia.
Kerja detektif
Biji semangka kuno ditemukan di situs arkeologi bernama Uan Muhuggiag, di wilayah yang kini dikenal Gurun Sahara, sebelah selatan Libya.
Untuk mengungkap asal-usul biji tersebut, para ilmuwan menggunakan teknik "arkeogenomi" atau analisis genom-genom purba.
Arkeogenomi adalah "mesin waktu" dan "kerja detektif", menurut peneliti asal Kolombia, scar Alejandro Prez-Escobar-pemimpin kajian ini sekaligus pakar DNA purba dan analisa anggrek di Taman Botani London, Kew Gardens.
"Ketika sebuah urutan dari sisa-sisa tanaman berumur ribuan tahun, rerata suksesnya sangat rendah, biasanya satu atau dua persen DNA tanaman ini yang bisa terungkap," kata Prez-Escobar kepada BBC Mundo.
"Salah satu aspek paling orisinal dalam kajian kami adalah kami bisa memecahkan sekitar 30% dari kode genetika biji berumur 6.000 tahun yang identitasnya belum diketahui."
"Dari semua sisa tanaman sangat tua yang telah digolongkan secara genetika, ini adalah tanaman tertua yang diurutkan sejauh ini."
Para ilmuwan membandingkan DNA biji semangka tua tersebut dengan biji lainnya dari Sudan yang sebagian berumur 3.000 tahun serta dengan biji dari herbarium di Kew Garden yang dikoleksi selama 150 tahun terakhir.
"Kami menyadari biji-biji dari Libia ini, meski secara genetika berkorelasi dengan semangka yang kita makan sekarang, sangatlah berbeda."