-
Prediksi: Paris Saint-Germain vs Metz
40 menit lalu -
SEA Games 2021: Jonathan Khemdee, Bek Thailand yang Jadi Sasaran Amarah Netizen Indonesia
32 menit lalu -
Scudetto atau Tidak, Poin yang Diraih Inzaghi Lebih Sedikit dari Conte
59 menit lalu -
Martinelli Pakai 11, Lucas Torreira Pertanyakan Nomornya di Arsenal
50 menit lalu -
Pengamat: Erick Thohir Layak Teruskan Kepemimpinan Jokowi di 2024
53 menit lalu -
Ekspor CPO Akhirnya Diizinkan, Mendag Ucapkan Terima Kasih ke Produsen
58 menit lalu -
Kenapa Orang Manado Makan Kucing dan Segala Jenis Hewan Peliharaan? Mungkin Banyak yang Belum Tahu nih
59 menit lalu -
Raja Yordania Tempatkan Adik Tirinya, Pangeran Hamzah di Tahanan Rumah
57 menit lalu -
Perang Lawan Covid-19, Ini 6 Kebijakan Keras Kim Jong-un
48 menit lalu -
Google Rusia Bangkrut hingga Tak Bisa Gaji Karyawan
48 menit lalu -
Puan: RAPBN 2023 Dirancang Untuk Percepat Pemulihan Ekonomi
47 menit lalu -
Subsidi Energi Ditambah, Erick Thohir: Agar Tidak Membebani Rakyat
43 menit lalu
1,27 Juta Orang Meninggal pada 2021 Akibat Resistensi Antimikroba

RESISTENSI Antimikroba (AMR) menjadi salah satu sumber kematian terbesar secara global. Kondisi ini membunuh lebih banyak manusia setiap tahunnya melebihi HIV/Aids dan Malaria. Mirisnya penyakit yang seharusnya dapat diobati, justru berpotensi menjadi lebih mematikan.
Hal tersebut disebabkan karena antibiotik menjadi tidak efektif melawan bakteri & virus baru yang berevolusi. Oleh sebab itu negara-negara di seluruh dunia diminta mengambil tindakan dalam upaya untuk mencegah krisis besar di masa depan.
Tahun lalu sebanyak 1,27 juta orang meninggal karena mengalami AMR. Kondisi ini terjadi ketika bakteri, virus, jamur, dan parasit berubah seiring waktu. Sehingga mereka tidak lagi mampu merespons obat-obatan yang dimiliki.
Situasi ini membuat infeksi lebih sulit untuk diobati dan meningkatkan risiko penyebaran penyakit, dan menyebabkan penyakit parah dan kematian.
Duta Besar Inggris untuk Indonesia dan Timor Leste, Owen Jenkins mengatakan para ilmuwan menyebut Resistensi Antimikroba sudah menjadi salah satu pembunuh terbesar manusia. Mirisnya manusia justru tidak bertindak secara ambisius atau cukup cepat untuk mengendalikan ancaman ini.
"Para ilmuwan memperingatkan kita bahwa ini adalah bom waktu dan kita tengah menuju bencana kecuali kita mulai bertindak lebih sekarang," kata Owen, Rabu (26/1/2022).
Untuk alasan tersebut, Inggris telah menjadikan penanganan AMR sebagai salah satu prioritas kesehatan global. Dan telah menghabiskan total 265 juta pounds atau sekira Rp 5,1 triliun di seluruh dunia melalui dana Fleming, termasuk sebagian besar di Indonesia.
"Kami telah bermitra dengan Indonesia untuk melakukan apa yang kami bisa untuk meminimalkan ancaman ini, mendukung peningkatan kapasitas laboratorium dan diagnosis," lanjutnya.
Baca juga: Mengenal Penyebab Resistensi Antimikroba dan Cara Pencegahannya
Menurut Owen, kerjasama global ini sangat penting dalam menekan kasus AMR. Ia juga menyatakan bahwa Inggris akan menyambut baik apabila Indonesia memprioritaskannya sebagai bagian dari Kepresidenan G20 di bidang kesehatan.